Pengemis penyandang disabilitas netra marak ditemukan di Banjarbaru. Mereka duduk di tepi jalan, berburu belas kasihan pengguna jalan.
****
BANJARBARU - Jalan Nadjmi Adhani di Kelurahan Loktabat Utara menjadi tempat mangkal menggiurkan bagi kaum duafa untuk mengemis. Terutama para disabilitas netra. Jumlahnya puluhan, duduk berjejer di sepanjang tepi jalan.
Di hari tertentu, misalnya Jumat, jumlahnya bisa lebih banyak. Mereka sepertinya datang dari tempat jauh. Karena tidak semuanya tiba dengan berjalan kaki. Ada yang diantar naik motor, namun tidak sedikit rombongan yang turun dari angkutan roda empat.
Baca Juga: Tiga Pasien DBD di HST Meninggal Dunia, 2 Dewasa dan Satu Bayi
Sehingga muncul kecurigaan, kehadiran mereka ada yang nge-bosi. "Ada yang diangkut pakai mobil, jadi ada yang curiga mereka ada bosnya," kata salah seorang warga yang namanya enggan dikorankan.
Terkait dugaan itu, Kasi Opsdal Satpol PP Banjarbaru, Yanto Hidayat mengaku belum bisa memastikan apakah informasi tersebut benar atau tidak. Meski demikian, mereka tetap akan menindaklanjuti isu tersebut.
Sebab sejauh ini pihaknya hanya mengetahui dari mana para pengemis itu berasal. “Diantara mereka memang ada yang masuk anggota Pertuni dan YKTN Banjarbaru. Kalau dikaitkan dengan apakah ada yang mengkoordinir, kami belum bisa menjawabnya. Yang jelas informasi ini pasti akan kita tindak lanjuti,” papar Yanto, Senin (5/2) malam.
Terpisah, Ketua Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Nusantara (YKTN) Kalsel, Sigit Kurniawan membantah bahwa para pengemis disabilitas netra ada yang mengkoordinir. “Mereka datang atas keinginan sendiri,” ujarnya.
Termasuk yang mencarter mobil. Mereka urunan karena berasal dari satu lokasi yang berdekatan. “Apalagi sekarang zaman aplikasi,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Anggota DPRD Banjarbaru HR Budiman mensinyalir, ada yang masih kurang tepat dalam program pembinaan yang dilakukan pemerintah kota terhadap warganya yang berkebutuhan khusus tersebut. “Tidak semua program untuk mereka didasari rasa kasihan. Hanya karena mereka memiliki keterbatasan, lalu kita menilai mereka tidak mampu. Harusnya lebih kepada upaya menumbuhkan kemandirian,” kritiknya.
Dari sejumlah reses dan pertemuan pribadi yang dilakukannya, Budiman menyimpulkan kalau warga berkebutuhan khusus ini lebih ingin dimanusiakan dan diberikan kemandirian ketimbang ‘dimanjakan’. “Mereka tidak ingin ikan tapi kail. Bukan semata sembako dan tali asih Rp200 ribu per bulan, tapi lebih butuh lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha,” ujarnya lebih jauh.
Sisi lain, Kepala Dinas Sosial Kota Banjarbaru, Rokhyat Riyadi mengaku telah melakukan penertiban dan pembinaan bersama instansi terkait. “Setelah kami data, ternyata hampir 80 persen ber-KTP daerah lain,” ujarnya.
Pihaknya juga telah melakukan pemasangan spanduk imbauan kepada masyarakat untuk tidak memberi uang maupun barang kepada para gepeng dan disabilitas.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Radar Banjarmasin