Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap mengancam kondisi lingkungan di Banua. Meski BMKG menyebut bahwa saat ini wilayah Kalsel masih berada di musim penghujan, karhutla sudah mulai terdeteksi.
****
BANJARBARU – Kasus karhutla pertama terjadi di Kota Banjarmasin pada Minggu (24/3) petang. Sekitar pukul 16.51 Wita, warga dihebohkan dengan kepulan asap hitam dari area pemakaman Kuburan Muslimin di Jalan Malkon Temon, Kelurahan Surgi Mufti, Kecamatan Banjarmasin Utara.
Setelah ditelusuri, kepulan asap tersebut muncul akibat terbakarnya semak belukar di area kosong lahan pemakaman. Kejadian itu membuat warga sekitar panik, dan langsung melaporkan kejadian itu kepada petugas pemadam kebakaran (damkar).
Beruntung, petugas dengan cepat merespons informasi tersebut. Langsung melakukan upaya pemadaman.
Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banjarmasin, Andy Putera membenarkan kejadian tersebut. “Area kosong yang terbakar ini dekat dengan permukiman padat penduduk. Tapi, sudah padam sepenuhnya dan bisa dipastikan aman,” ucap Andy, Senin (25/3) sore.
Andy menjelaskan lahan jenis gambut yang terbakar di area Kuburan Muslimin tersebut luasnya sekitar 10×10 M². Dari mana sumber api yang membakar lahan tersebut? Andy belum mengetahuinya secara pasti. Dari pendataan di lapangan, api diduga muncul dari tengah area yang terbakar.
“Penyebabnya juga belum diketahui pasti. Kemungkinan karena pengaruh cuaca, soalnya secara visual lahan yang terbakar ini memang kering, dan cuaca pada saat kejadian memang sedang terik-teriknya,” ungkapnya.
Kejadian itu, diakui Andy, jadi kasus karhutla pertama di Banjarmasin selama tahun 2024. Ini sudah dilaporkan ke pimpinan agar jadi atensi BPBD Kota Banjarmasin. “Walaupun data BMKG masih belum memasuki musim kemarau, kami (BPBD Banjarmasin) akan tetap waspada terhadap semua jenis bencana. Termasuk karhutla,” tekannya.
Jika mengacu data cuaca milik BMKG, wilayah Kalsel masih berada di musim penghujan. Analis Iklim Staklim Kelas I Banjarbaru BMKG Kalsel, Muhammad Arif Rahman menjelaskan kondisi cuaca di Kalsel memang sedang terik-teriknya, dan masih terjadi hujan, baik siang menjelang sore hari atau malam hari. “Hal ini menunjukkan bahwa kita masih dalam kondisi musim hujan. Namun, kondisi panas dan terik ini hanya bersifat sementara,” ungkapnya.
Arif menjelaskan bahwa pada akhir Februari hingga awal Maret 2024, Kalsel mengalami curah hujan yang cukup basah. Hal ini karena sedang aktifnya MJO (Madden-Julian Oscillation) di wilayah Indonesia. Namun, seiring dengan bergeraknya MJO ke arah timur dan menjauhi Indonesia, biasanya diikuti dengan kondisi kering di atmosfer. Itu yang sedang dirasakan saat ini.
“MJO saat ini sedang berada di sekitar Benua Afrika, setelah sebelumnya melewati Samudera Pasifik,” kata Arif.
Lantas, apakah cuaca yang sangat terik belakangan ini bisa menjadi ancaman karhutla? Terkait hal itu, Arif menuturkan bahwa karhutla lebih banyak disebabkan oleh aktivitas manusia dalam melakukan pembakaran lahan.
Ditambah kondisi panas seperti ini cukup mengancam terjadinya kebakaran. “Namun, karena kondisi masih ada hujan, jika terjadi kebakaran hutan dan lahan, api masih dapat dikendalikan,” ujarnya.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Radar Banjarmasin