Sistem perairan yang kurang efektif menyebabkan pertanian di Martapura Timur gagal panen selama delapan tahun terakhir. Pada musim penghujan, hanya sekitar 25 persen lahan yang bisa digunakan. Sepuluh desa yang sering gagal panen meliputi Desa Mekar, Pamatang Baru, Melayu Ulu, Melayu Tengah, Melayu Ilir, Antasan Senor Ilir, Antasan Senor, Tambak Anyar Ilir, Tambak Anyar, dan Tambak Anyar Ulu.
Baca Juga: Pasien Mabuk Kecubung yang Dirawat di RSJ Sambang Lihum Bertambah Jadi 44 Orang
Plh Kadis PKP Provinsi Kalimantan Selatan, Imam Subarkah, mengatakan pihaknya setiap tahun memberikan bantuan bibit dan pupuk kepada petani yang gagal panen. Namun, perbaikan saluran irigasi merupakan kewenangan PUPR. “Kewenangan kami hanya di saluran tersier, itu juga sebagian saja,” katanya.
Dosen Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian ULM, Muhammad Fauzi, menilai penanganan banjir masih bersifat parsial dan tidak terkoordinasi dengan baik antar instansi. Bantuan benih untuk tanam ulang tidak banyak membantu karena irigasi tidak berfungsi dengan baik.
Fauzi menyebut perlunya keterlibatan dinas lain seperti Dinas PU untuk penanganan yang lebih komprehensif dan pembuatan masterplan pencegahan banjir. “Bila hal ini terus berlangsung, yang paling menderita tentu saja adalah para petani,” imbuhnya.(*)