• Senin, 22 Desember 2025

Angka Perceraian di Kalsel Masih Tinggi, Ikhtiar Kemenag Mengandalkan Program Strategis Ini

Photo Author
- Senin, 12 Agustus 2024 | 15:45 WIB
ilustrasi cerai
ilustrasi cerai

 

Upaya menekan angka perceraian terus digencarkan. Salah satunya melalui program Bimbingan Perkawinan (Bimwin). Ini salah satu program strategis Kementerian Agama (Kemenag), juga ikhtiar pemerintah mengatasi tingginya angka perceraian.

Dalam program tersebut, para calon pengantin (Catin) ditekankan untuk memiliki atau menguasai wawasan pengetahuan dalam membina rumah tangga. "Jadi, para catin terlebih dahulu dibekali pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan tentang kehidupan dalam berumah tangga," ucap Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Kalsel, M Tambrin, Ahad (11/8).

Baca Juga: Viral Halaman SDN Basirih 10 Banjarmasin Terendam, Pemko Banjarmasin Gerak Cepat Datangi Lokasi

Program ini tidak hanya dijalankan oleh Kantor Urusan Agama (KUA). Namun, juga sudah dijalankan oleh para penyuluh keluarga, serta berkolaborasi dengan instansi yang ada pemerintah daerah. 

Dalam materi Bimwin, juga disisipkan materi terkait pencegahan judi online. Tambrin mengakui bahwa salah satu penyebab pertengkaran rumah tangga hingga mengakibatkan perceraian itu, kini juga dipicu adanya judi online. Karena itu, ia menegaskan bahwa penting mencegah praktik judi online sedari dini atau sebelum menikah.

"Praktik judi online memberikan dampak negatif secara ekonomi atau finansial. Bukan hanya bagi pelaku dan keluarganya, juga tatanan sosial," tekannya.

Selain diharamkan, segala bentuk perjudian juga masuk dalam tindak pidana. Pelakunya bisa dikenakan hukuman penjara dan denda. "Selain menekan angka perceraian, program Bimwin juga diharapkan bisa menekan berbagai masalah yang timbul dalam keluarga," harapnya. 

Pertimbangkan Kesiapan Psikologis

Perceraian tidak melulu disebabkan karena faktor ekonomi atau kehadiran 'orang ketiga'. Perceraian juga bisa diakibatkan karena ketidaksiapan psikologis.

Hal itu diutarakan Dosen Psikologi di Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Rika Vira Zwageri. "Meningkatnya angka perceraian berkorelasi dengan angka pernikahan dini, kekerasan dalam rumah tangga, serta angka pengangguran," ucapnya, Ahad (11/8). "Ini menunjukkan, bahwa ada banyak pasangan yang sebenarnya belum siap memasuki jenjang pernikahan," tambahnya.

Salah satu contoh ketidaksiapan psikologis dalam pernikahan, bisa dilihat dari kurangnya komunikasi. Kemudian, ketidakmampuan menerima kekurangan atau ketidakmampuan pasangan dalam menyelesaikan konflik secara efektif.

Rika menyarankan sebelum menikah, hendaknya masing-masing pasangan sudah matang atau memiliki kemampuan mengelola emosi.

Sebagian di antaranya, mampu memahami perasaan orang lain, bisa memanajemen waktu, beradaptasi dengan perubahan, serta memiliki komitmen. "Lalu, keterbukaan dalam berkomunikasi juga penting. Sehingga nantinya, mereka mampu memecahkan setiap masalah," ujarnya.

Rika meyakinkan, pasangan yang mengabaikan kesiapan psikologis, hanya akan meningkatkan risiko masalah dalam rumah tangga. 

Di sisi lain, kesiapan secara psikologis juga berlaku kepada orang tua dari anak yang hendak menikah. "Karena dinamika keluarga akan seketika berubah setelah anak menikah," tekannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Banjarmasin

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X