• Senin, 22 Desember 2025

Luapan Sungai Martapura Meluas, Diduga karena Krisis Lingkungan di Hulu

Photo Author
Indra Zakaria
- Kamis, 2 Januari 2025 | 12:46 WIB
MOGOK : Sejumlah motor warga mendadak mati akibat nekat menerjang tingginya genangan banjir di jalan penghubung Desa Tungkaran dan Desa Keramat Baru, Kabupaten Banjar, Rabu (1/1/2025) (Foto: FADLAN ZA
MOGOK : Sejumlah motor warga mendadak mati akibat nekat menerjang tingginya genangan banjir di jalan penghubung Desa Tungkaran dan Desa Keramat Baru, Kabupaten Banjar, Rabu (1/1/2025) (Foto: FADLAN ZA

 

Tingginya intensitas hujan yang mengguyur wilayah Kabupaten Banjar, membuat ancaman banjir semakin nyata. Terlihat dari luasan dan jumlah titik genangan dari luapan Sungai Martapura.

Tidak hanya di bantaran Sungai Martapura, di awal tahun 2025 ini banjir juga sudah mulai merendam permukiman penduduk di sejumlah desa.

Di Kecamatan Martapura, misalnya. Hasil pantauan di lapangan, setidaknya ada sembilan desa yang sudah terdampak banjir. Seperti Desa Bincau, Bincau Muara, Labuan Tabu, Tunggul Irang, Murung Kenanga, Murung Keraton, Tanjung Rema, Sungai Sipai, dan Keramat Baru. Ketinggian air di desa-desa tersebut beragam, mulai dari 5 hingga 50 cm.

Tidak hanya badan jalan, air luapan Sungai Martapura mulai menggenangi permukiman penduduk, dan sejumlah fasilitas umum lainnya. Seperti yang terjadi di RT 12, Desa Bincau. Hendra mengatakan ketinggian banjir di kompleks perumahan yang ditinggalinya sudah melebihi lutut orang dewasa.

“Lebih setengah meter tingginya. Makanya beberapa warga yang rumahnya rendah terpaksa mengungsi gara-gara air sudah masuk ke dalam,” ungkapnya, Rabu (1/1). Diakui Hendra, banjir di tempat tinggalnya ini sudah terjadi sejak 26 Desember 2024 lalu. Selama sepekan, ketinggian air terus bertambah. “Apalagi kalau hujan, sangat cepat naiknya,” katanya.

Selain banjir besar di awal tahun 2021 lalu, banjir kali ini termasuk cepat bertambah tingginya. Padahal intensitas hujan yang terjadi tidak separah tahun-tahun sebelumnya.

Ia menduga kondisi banjir terjadi karena pengaruh krisis lingkungan di bagian hulu. Salah satunya di Kecamatan Karang Intan dan Pengaron. “Sekarang di sana ada banyak tambang. Resapan di bagian hulu sudah banyak yang rusak. Jadi air langsung mengalir ke sungai, makanya gampang meluap,” tukasnya.

Ia berharap intensitas hujan bisa mereda. Jika tidak, akan ada banyak desa lainnya yang juga ikut terendam. Luapan Sungai Martapura ini ternyata juga terjadi di Desa Antasan Sutun. Pembakal di desa tersebut, Kurtubi mengatakan beberapa rumah warganya sudah mulai digenangi banjir.

“Di sini (Desa Antasan Sutun, red) adalah wilayah terakhir yang terdampak banjir jika Sungai Martapura meluap. Jadi kalau di tempat kami sudah ada rumah yang tergenang, artinya ketinggian air sebelum di desa kami jauh lebih parah,” bandingnya.

Salah satu desa yang dimaksud Kurtubi itu, adalah Desa Keramat Baru, Kecamatan Martapura. Di sini banjir sampai merendam badan Jalan Makam di desa tersebut hingga 60 Cm.

Kondisi ini memaksa warga yang ingin menuju Desa Pekauman untuk memutar melalui Jalan Desa Sungai Sipai. Tentu memakan waktu lebih lama. Mengingat Jalan Makam merupakan akses utama menuju Desa Tungkaran, Cindai Alus dan Sungai Sipai.

Banyak pengendara motor yang nekat menerobos banjir. Akibatnya mengalami mogok karena mesin terendam air. 

Terpantau, warga setempat memasang tanda peringatan berupa kayu untuk memberitahu pengendara bahwa air di lokasi tertentu cukup tinggi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Banjarmasin

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X