• Senin, 22 Desember 2025

Pangeran Cevi: Yang Mengaku-ngaku Sebagai Sultan Banjar Akan Dituntut Pasal Penipuan

Photo Author
- Rabu, 14 Mei 2025 | 14:35 WIB
Cevi Yusuf Isnendar, Raja Kebudayaan Banjar.
Cevi Yusuf Isnendar, Raja Kebudayaan Banjar.

 

Cevi Yusuf Isnendar hanya mengirimkan link blog pribadinya, pangerancevi.com, saat ditanya polemik penobatannya sebagai Raja Kebudayaan Banjar oleh Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon. Apa isi blog tersebut?

*****
Selain naskah asli surat wasiat Sultan Adam, Cevi Yusuf Isnendar juga memegang sebuah pusaka yang diklaim sebagai simbol Raja Banjar. Keris dengan bentuk Kujang bernama Abu Gagang. Hal itulah yang membuat keturunan ke-4 dari Sultan Hidayatullah ini yakin bahwa dirinyalah menjadi pewaris gelar Sultan Banjar yang sah.

“Semua itu berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan (Sultan Adam, red), dan mengikuti silsilah Kerajaan Banjar yang ada,” jelasnya, Senin (12/5) malam. Buktinya adalah surat wasiat asli Sultan Adam, disertai cap Sultan Banjar Pangeran Hidayatullah beserta keris simbol Raja Banjar berbentuk Kujang bernama Abu Gagang yang dipegangnya.

Baca Juga: Cevi Dilantik Jadi Raja Kebudayaan Banjar, Klaim Punya Keris dan Surat Wasiat

“Semua bukti ini sudah diverifikasi tim yang dibentuk oleh Jenderal TNI (Purn) Prof Dr AM Hendropriyono dan divalidasi oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan RI, Dr H Fadli Zon,” ucapnya di channel YouTube yang dimuat dalam blog tersebut.

Sebagai data pendukung, Pangeran Cevi juga menuliskan sejarah Kerajaan Banjar. Secara geografis, Kerajaan Banjar berpusat di Kalimantan Selatan dengan luas wilayah yang membentang dari Tanjung Sambar hingga Tanjung Aru.

Di masa Sultan Mustain Billah berkuasa menurut catatan Kamar Dagang Inggris (EIC), Kesultanan Banjar merupakan Imperium di mana kekuasaan meliputi Pulau Kalimantan, pesisir Sumatera, pesisir Sulawesi hingga Mindanau serta Sunda kecil.

“Selama berdiri, pusat pemerintahan Kesultanan Banjar sempat beberapa kali berpindah. Pusat pemerintahan atau ibu kota Kesultanan Banjar terakhir berada di Kayu Tangi atau yang kini disebut Martapura,” jelas Cevi dalam blog tersebut.

Kerajaan Banjar, ujar Cevi, pertama kali berdiri pada tahun 1300-an, dan raja pertamanya adalah Putri Junjung Buih. “Putri Junjung Buih adalah cicit dari Raja Hayam Wuruk. Beliau adalah Raja dari Kerajaan Majapahit,” imbuhnya.

Dalam perjalanannya, Kerajaan Banjar berubah menjadi Kesultanan. Yang berbeda hanya sistemnya saja. “Kesultanan Banjar ini muncul tidak lama setelah berdirinya Kesultanan Cirebon,” tulisnya.

Terkait tata cara pemilihan Raja/Sultan pengganti dalam Kesultanan Banjar, Cevi menjelaskan bahwa hal tersebut tertuang dalam Manakib yang selalu dibacakan pada upacara Haul. “Semua itu (penetapan raja/sultan penerus) berdasarkan pernyataan-pernyataan verbal dari Raja/Sultan sebelumnya,” jelas Cevi.

Haul adalah upacara untuk mengenang dan mendoakan, serta akan dibacakan kisah untuk mengenang orang yang meninggal tersebut (Manakib).

“Contohnya adalah Sultan Sulaiman yang mengatakan bahwa penerusnya nanti adalah Sultan Adam, kemudian Sultan Muda Abdurahman, dan cicitnya yaitu Pangeran Hidayatullah. Inilah yang dinamakan dengan pernyataan verbal, dan merupakan tata cara pembedaan Sultan Banjar,” paparnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X