Sementara itu, akademisi komunikasi dari ULM, Ahmad Bayu Chandrabuwono, S.I.Kom., MA, menilai bahwa munculnya persepsi negatif terhadap DJ lebih disebabkan oleh streotip budaya.
“Selama masih dalam batas etik dan norma, tidak ada yang salah dari event bernuansa DJ. Yang keliru itu persepsi yang menyempitkan seni ini dalam ruang negatif,” ujarnya.
Bayu juga mengingatkan bahwa media sosial sangat rentan menyulut salah tafsir akibat viralitas yang tidak diimbangi klarifikasi. “Soal saweran, secara tradisi justru itu bentuk penghargaan masyarakat kepada seniman panggung. Ini harus dilihat dari kaca mata budaya yang dinamis,” jelasnya. (*)