”Meski kami berdua baru menjabat di sini selama sembilan bulan, kawan saya ini sosok yang aktif. Kerja sama dalam tim juga bagus. Kerja sama dengan warga lumayan baik. Yang terpenting demi kebaikan semua pihak di sini, khususnya warga Seranau,” tutur Sony.
Eddy menuturkan, hal-hal yang dia lakukan bersama rekan-rekannya di Seranau demi menjalankan amanah tugasnya. Selain itu, dia ingin membuat perubahan bagi warga setempat.
Dia juga ingin memperjuangkan permintaan warga yang sejak dulu diimpikan, yakni pembuatan Jembatan Penyeberangan dari Sampit ke Seranau, meski saat ini belum terealisasi.
”Saya mengucapkan terima kasih pada warga di sini yang sangat perhatian. Sejumlah hal memang harus dilakukan demi menghidupkan program kegiatan. Namanya amanah, jadi harus dijalankan demi kebaikan bersama,” ujarnya.
Meniti Karier
Eddy tak sekonyong-konyong langsung mendapatkan jabatan sebagai camat. Dia memulainya dari bawah. Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) angkatan tahun 2002 ini awalnya menjadi karyawan di kantor Badan Kepegawaian Daerah Kotim.
”Di BKD waktu itu hanya beberapa bulan saja. Lalu ada seleksi untuk jadi ajudan Bupati Kotim. Saya ikut dan alhamdulillah lolos seleksi,” ujarnya.
Selama tiga tahun dari 2006-2008, Eddy menjadi ajudan Bupati Kotim yang saat itu dijabat Wahyudi K Anwar. Tak lama setelah itu, dia mendapat amanah jadi Sekretaris Lurah di Baamang Hilir. Karirnya terus menanjak menjadi Kepala Seksi Trantib di Kantor Kecamatan Ketapang, sekaligus merangkap Pj Kepala Desa Eka Baharui selama enam bulan.
Pada 2010 – 2014, Eddy diangkat sebagai Lurah Sawahan. Di tengah menjalankan tugasnya itu, dia menyempatkan diri menyelesaikan pendidikan S-2 di Universitas Negeri Palangka Raya mengambil program studi Manajemen Sumber Daya Manusia pada 2010-2012.
Setelah menjabat selama empat tahun, dia ditarik kembali ke Kecamatan Ketapang untuk menjadi Sekretaris Camat dari tahun 2014 - 2018. September 2018, dia diberikan amanah menjabat Camat Seranau. Eddy merupakan camat ke-8 di Seranau.
Menurutnya, banyak yang mengira jabatan itu diperolehnya secara instant. Padahal, dia memulai dari nol. ”Terkadang, bila orang lain tak tahu jejak karier seseorang, sering mengira langsung diangkat menjadi camat,” tandasnya. (***/ign)