PANGKALAN BUN - Kebakaran hutan di kawasan penyangga Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) STPN III mengarah ke permukiman warga Desa Sungai Cabang, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Itu terjadi lantaran kencangnya hembusan angin Barat - Utara, Jumat (30/8/). Akibatnya lahan pertanian warga menjadi korban, salah satunya adalah perkebunan.
Tim gabungan yang terdiri dari Satgas TNTP, Koramil, Polsek Kumai, BPBD, Manggala Agni saat ini fokus untuk menghalau kobaran api agar tidak menjangkau permukiman penduduk setempat.
Field Direktor Orangutan Foundation Internasional (OFI) Fajar Dewanto mengungkapkan, walaupun aksesibilitas menuju lokasi karhut begitu sulit, namun tim gabungan sedang berusaha untuk melakukan pemadaman.
“Sudah ada tim gabungan di sana, pasti prioritas pemanganan pemukiman, tim dari Balai TNTP, Polsek Kumai, Koramil, BPBD, dan Manggala Agni,” katanya.
Sejauh ini beberapa hektare lahan perkebunan buah pisang dan tebu masyarakat setempat juga ikut menjadi korban keganasan api.
“Padahal hasil kebun buah tersebut diperuntukan sebagai suplai makanan tambahan bagi primata Orangutan di TNTP,” tambahnya.
Menurutnya walau kebakaran hutan di kawasan penyangga TNTP terus meluas, namun Orangutan tidak terlalu terpengaruh, karena mereka bisa bergeser. “Justru yang dikhawatirkan adalah paska kebakaran, karena habitat dan sumber pakan satwa akan berkurang,” terangnya.
Namun saat ini, lanjutnya, yang terpenting adalah bagaimana mengamankan blok hutan di Sungai Buluh Kecil, Sekonyer, dan SPTN Wilayah I. Karena dampak bagi primata yang dilindungi ini akan terlihat paska bencana kebakaran hutan.
“Kalau api dari Sungai Cabang susah untuk sampai ke area Sekonyer, karena jauh dan ada 2 alur Sungai Buluh Besar dan Kecil, sehingga untuk Orangutan masih aman, apalagi kawasan yang terbakar tidak seluruhnya di TNTP tetapi ada areal APL masyarakat,” ungkapnya.
Selain berpotensi membawa dampak bagi berkurangnya makanan bagi satwa di TNTP, kebakaran yang terjadi di lahan gambut juga berdampak pada terjadinya kabut asap, apalagi arah angin menuju Barat - Utara.
Terpisah, Humas dan Penyaji Data Balai TNTP Evan Ekananda menyampaikan, belum ada laporan dari petugas di lapangan tentang satwa yang terdampak kebakaran. Hal itu lantaran hingga saat ini api terus membakar semak belukar kering.
Begitu pula dengan sumber pakan satwa, ia tidak begitu mengkhawatirkan habitat satwa di TNTP akan mengalami kekurangan makanan, lantaran areal yang terbakar merupakan semak belukar.
Ia menegaskan, kebakaran yang terjadi kali ini tidak bisa disamakan dengan kebakaran besar yang terjadi pada tahun 2015 lalu, dimana akibat kebakaran tersebut sumber pakan satwa menjadi berkurang.
“Kalau 2015 betul, karena luas kebakarannya besar, jadi potensi kurang pakan mungkin terjadi, tetapi untuk saat ini belum,” pungkasnya.
Kebakaran lahan juga terjadi di Kotawaringin Timur. Sempat reda karena hujan, api kembali berkobar, bahkan mulai merambah ke kawasan permukiman warga.