• Senin, 22 Desember 2025

Dari Penjual Kerupuk Jadi Ratu Properti

Photo Author
- Jumat, 8 November 2019 | 16:49 WIB

Suprianti Rambat digadang-gadang menjadi kandidat kuat Bupati Kotawaringin Timur. Perempuan yang akrab disapa Bu Rambat ini dikenal sebagai pengusaha sukses di bidang properti dan perhotelan di Kota Sampit.

Tak banyak yang tahu bahwa Suprianti Rambat berasal dari keluarga sederhana. Bahkan, perempuan kelahiran September 1966 ini pernah berjualan kerupuk semasa remaja.

Untuk mengenal lebih jauh, Radar Sampit mewawancarai Suprianti Rambat di ruang kerjanya, Kamis (31/10) pekan lalu. 

Suprianti Rambat merupakan putri pasangan Wongsodikoro dan Sutiyem yang tinggal di Dusun Tegal Mijen, Kelurahan Bulan (Delanggu), Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.  Wongsodikoro sebagai petani, sedangkan Sutiyem setiap hari berdagang beras.

Pasangan suami istri itu memiliki enam anak, yakni Arif Suparno (almarhum), H Suparman (pengusaha sukses di Banjarbaru), Sulastri (almarhumah), Hj Ngadinem (pengusaha sukses batako), Ayunah (pengusaha sukses), dan Hj Suprianti. 

”Ibu Sutiyem (Alm) seorang wanita yang sangat gigih dalam usaha. Setiap hariannya beliau selalu bangun saat subuh untuk mempersiapkan barang dagangannya guna dibawa ke Pasar Delanggu, beliau jualan beras kurang lebih sampai jam sebelas siang,” kata Suprianti saat menceritakan pekerjaan ibunya. 

Sesampai di rumah, Sutiyem mengumpulkan beras dari rumah ke rumah, dari kampung ke kampung. Beras yang terkumpul dijual keesokan harinya.

Tak peduli kandungan sudah sembilan bulan, Sutiyem tetap berjualan di pasar. Pada suatu pagi, Jumat Kliwon, September 1966, saking asyiknya berjualan, Bu Sutiyem tak menyadari bayi akan lahir. Karena tak sempat dibawa ke tempat persalinan, akhirnya dia melahirkan di tengah hiruk pikuk masyarakat yang sedang berbelanja di Pasar Delanggu. Tangisan bayi yang diberi nama Suprianti itu menggegerkan warga pasar. 

Meski dengan ekonomi pas-pasan, pasangan Wongsodikoro dan Sutiyem membesarkan enam anaknya dengan penuh semangat. Mereka berusaha mendidik serta menyekolahkan anak–anaknya. Karena keadaan ekonomi keluarga yang serba terbatas, maka anak pertama, kedua, dan ketiga meratau ke Banjarmasin. Perbaikan ekonomi pun didapatkan ketika ketiga anaknya hijrah ke Kalimantan. Beban keluarga pasangan  Wongsodikoro dan Sutiyem terbantu oleh anak-anaknya.

Melihat anaknya sukses di tanah rantau, Wongsodikoro dan dua anak yang nomor empat dan lima menyusul ke Kalimantan Selatan. Sementara istrinya dan anak bungsu tetap tinggal di Desa Tegal Mijen, Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, melanjutkan usaha dagang beras. 

Pada tahun 1977, berangkatlah si bungsu (Suprianti) dan ibunya menyusul bapak dan saudara-saudaranya ke Kalimantan Selatan. Suprianti dan ibunya rela meninggalkan usaha dagang beras di Solo demi kumpul keluarga. Orang tuanya pun beralih pekerjaan dari jualan beras menjadi jualan aneka makanan, antara lain rujak, mie goreng, kolak. 

Suprianti melanjutkan pendidikannya di SDN Trisila Kampung Gadang, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di sela-sela waktunya sekolah, Suprianti kecil yang baru berusia 11 tahun sudah mulai membantu ekonomi keluarga. 

Setelah pulang sekolah, Suprianti menganduk (mengambil dagangan) dari perusahaan kerupuk di Asrama Tatas, tepatnya sekarang di belakang Masjid Sabilal Mutadin. Di situlah dia mengambil kerupuk yang selanjutnya dijual di sepanjang jalan sampai di rumahnya, Jalan Pahlawan (Kampung Melayu Darat), Gang IAIN RT. 12 No. 10, Kompleks Kebun Bayam, Banjarmasin. 

Sisa kerupuk yang belum laku, dibungkus untuk dijual kembali keesokan hari di Pasar Kuripan Banjarmasin. Jika sampai waktunya sekolah tiba namun kerupuk tidak habis, kerupuk dititipkan di warung-warung langganan bocah itu. Sampai-sampai, beberapa pemilik warung yang sering dititipi menjadikan Suprianti kecil sebagai anak angkatnya.   

Perempuan 11 tahun yang masih duduk di kelas 5 SD itu piawai membagi waktu sekolah dan cari uang. Kegiatan tersebut berlangsung sampai bocah tersebut duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tidak cukup hanya jualan kerupuk, Supriyanti juga tergolong rajin membantu orang tua tanpa meninggalkan sekolahnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: sastro-Sastro Radar Sampit

Tags

Rekomendasi

Terkini

X