Kesulitan hidup tak menghalangi mereka meraih prestasi. Pahit dan getir kehidupan jadi kekuatan menggapai impian. Dua srikandi, Winarti dan Dian Taresa, sukes menunaikan pendidikan dengan hasil membanggakan.
YUNI PRATIWI, Sampit
Senyum merekah menyambut Radar Sampit saat bersua Winarti. Wanita yang mengenyam pendidikan di STKIP Muhammadiyah Sampit ini baru saja menyelesaikan masa pendidikannya.
Menempuh program studi pendidikan ekonomi selama 3,5 tahun, dia mengakhirinya dengan manis melalui raihan indeks prestasi kumulatif (IPK) di atas rata-rata, 3,78. Winarti berhak menyandang gelar Cum Laude.
Wiwin, sapan akrab wanita kelahiran 30 Oktober 1996 ini didaulat penghargaan sebagai wisudawati terbaik tingkat STKIP Muhammadiyah Sampit angkatan 2015. Prestasi yang luar biasa dan pastinya sangat membanggakan keluarga.
Wanita kelahiran Sampit, anak ke empat dari empat bersaudara ini menganggap Cum Laude yang dia peroleh merupakan bonus dari hasil kerja kerasnya.
”Sebenarnya tidak ada motivasi khusus. Setiap semester selalu berusaha mendapatkan nilai terbaik supaya kuliah itu tidak sekadar kuliah,” tutur Wiwin.
Tekad Wiwin kian kuat untuk menyelesaikan kuliahnya dengan segala keterbatasan biaya. Dia harus bekerja sambil kuliah untuk menutupi kekurangan pendidikannya. Juga mengikuti berbagai lomba untuk mendulang prestasi agar bebas biasa semester dari kampus.
”Kalau dapat prestasi itu gratis satu semester,” tuturnya.
Wiwin tak pernah berpikir berhenti kuliah meski harus membagi waktu antara jam 08.00 WIB -16.00 WIB untuk bekerja dan jam 18.00 WIB-22.00 WIB untuk kuliah. ”Menyelesaikan studi karena tekad yang kuat saat orang tua masih hidup,” katanya.
Wiwin memang bermimpi menjadi sarjana. Dia ingin memberikan kebanggan kepada orang tuanya yang telah meninggal. Menurut Wiwin, kedua orang tuanya tak lulus SD. Begitu juga dengan kakak pertama dan kedua. Hanya kakak ketiga saja yang lulus SMA. Itu pula yang menjadi motivasinya menyelesaiakan pendidikan hingga jadi sarjana.
”Karena kami bukan dari keluarga mampu, jadi untuk sekolah saja sulit,” ujar Wiwin.
Awal kuliah Wiwin hanya dimodali perasaan nekad yang melekat pada dirinya. Meski sulit, dia tetap berusaha bertahan.
”Dulu kuliah itu awal masuk bayarnya cicil, hanya punya uang Rp 1 juta diberi kakak saking inginnya tetap bisa kuliah. Setelah itu diterima kerja di Radar Sampit,” tutur wanita yang didampingi suaminya saat wisuda ini.
Wiwin bersyukur uang masuk kuliah bisa dicicil. Kampusnya mau menerima dengan setoran awal Rp 1 juta. ”Sampai lulus alhamdulillah biaya sendiri dengan kerja sambilan,” imbuhnya.