Atlet bayaran selalu menghantui setiap kompetisi olahraga di tanah air. Tak terkecuali di Pekan Olahraga Wartawan Daerah (Porwada). Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Tengah punya cara menghalaunya.
USAY NOR RAHMAD, Sampit
SAMBUTAN Ketua Seksi Wartawan Olahraga PWI Kalteng Giben menggelegar lewat pengeras suara. Terdengar hingga keluar Gelanggang Olahraga KONI Senaman Mantikei, Sabtu (6/12). Pria gondrong itu begitu bersemangat menyambut seluruh kontingen.
Kontingen dari 14 kabupaten sudah berbaris rapi di lapangan futsal yang menjadi venue pembukaan Porwada itu. Kotawaringin Timur menjadi yang paling terakhir bergabung di barisan. Hingga akhirnya lengkap menjadi 15 kontingen.
"Porwanas (Pekan Olahraga Nasional) lalu Kalimantan Tengah tiga besar nasional. Kali ini kita optimis mengulang kembali prestasi itu. Bahkan juara umum," kata Giben, disambut gemuruh tepuk tangan ratusan atlet yang hadir.
Antusiasme para kontingen tampak luar biasa. Warna-warni kostim kebanggaan mereka mengganggu dominasi lapangan futsal yang berwarna kuning biru itu. Sebagian masih ada yang menggunakan celana jins dengan ransel di punggung.
Aroma persaingan begitu kuat. Menjadikan ajang ini tampak begitu bergengsi bagi PWI kabupaten. Ini dapat terlihat dari saling olok dan sindir, dibalut canda antarkotingen di sela kompetisi. Bahkan sebelum kompetisi dimulai.
”Enggak usah terlalu bersemangat, kami juga akhirnya yang bakal menjadi juara umum,” celetuk salah seorang peserta ketika mengejek kontingen lainnya yang sedang berfoto bersama dan meneriakkan yel-yel.
Tentu saja celetukan itu, tak ditanggapi serius oleh kontingen yang diejek. Sebab optimisme sudah hadir di tubuh masing-masing kontingen.
Hampir semua kontingen hadir dengan kekuatan penuh. Kecuali kabupaten Gunung Mas. Hanya empat orang yang hadir. Dua orang atlet. Dua orang pendamping.
"Enggak bisa berangkat semua, karena banyak yang belum Uji Kompetensi Wartawan (UKW)," ungkap Ketua PWI Gunung Mas Popi Oktoveri.
PWI Gunung Mas bukan satu-satunya kabupaten yang sedikit mengirim atlet. PWI Kotawaringin Barat (Kobar) juga demikian. Menyiasati kompetisi, sejumlah kabupaten terpaksa bergabung dengan kabupaten lainnya.
"Hanya enam orang yang berangkat. Bahkan untuk pertandingan futsal kami terpaksa bergabung dengan PWI Lamandau," ujar Ketua PWI Kobar Tumarno.
Berbeda dengan PWI dua kabupaten itu, PWI Kotawaringin Timur tampil dengan porsi maksimal. Hampir semua cabang yang dilombakan diikuti. Meski ada beberapa atlet terpaksa harus menunggu Porwada selanjutnya karena belum memiliki kartu UKW.
"Kami mengikuti Porwada dengan semua potensi kami. Semua yang bertanding adalah atlet yang sudah mengikuti UKW dan lulus. Bukan atlet sewaan, " kata Ketua PWI Kotawaringin Timur Andri Risky Agustian.