Selain itu, kelebihan keduanya, lanjut Bambang, pendekatan politik yang sangat mudah. Secara kultur budaya, mereka bisa masuk di semua lini. Ibarat mata uang, keduanya memiliki dua mata sisi. Jhon Krisli merupakan putra daerah, Muslim, dan berpengalaman. Sementara Parimus dengan status Nasrani bisa menggaet pemilih dari golongan itu.
Bambang menambahkan, kalaupun nanti ada 3-4 pasangan calon, calon lain akan sulit bisa menjelajah seperti keduanya. ”Arena tempur nanti mungkin hanya dapil I, II, dan III. Di situ suara akan terpecah belah, sulit mendominasi. Sementara dapil IV dan V, jika menggunakan pendekatan secara kultur budaya, tentunya akan mendapatkan dukungan maksimal dari masyarakat. Nah, apakah peluang itu bisa dibaca pemain-pemain politik?” kata Bambang.
Meski begitu, Bambang mengakui paslon tersebut akan kesulitan jika dalam pertarungannya nanti tidak merangkul berbagai segmen serta tokoh masyarakat dari berbagai unsur tersebut. Keduanya harus menggambarkan sebagai paslon yang mewakili semua segmentasi masyarakat, bukan hanya satu golongan dan kelompok.
”Jadikan mereka sebagai paslon simbol Pancasila, dalam artian mereka mewakili keberagaman yang ada di Kotim. Saya yakin itu mampu mendongkrak peluang keduanya,” tandas Bambang. (ang/ign)