• Senin, 22 Desember 2025

Tak Ribet, Lebih Akurat Mendeteksi Covid-19

Photo Author
- Kamis, 12 November 2020 | 14:17 WIB
LEBIH AKURAT: Kepala UDD PMI Kotim Yuendri Irawanto memperlihatkan alat yang digunakan untuk tes cepat denganskrining antibodi metode ECLIA.(HENY/RADAR SAMPIT)
LEBIH AKURAT: Kepala UDD PMI Kotim Yuendri Irawanto memperlihatkan alat yang digunakan untuk tes cepat denganskrining antibodi metode ECLIA.(HENY/RADAR SAMPIT)

Pelayanan pemeriksaan tes Covid-19 melalui metode Electro Chemiluminescense Immunoassay(ECLIA) belum familiar oleh sebagian masyarakat. Metode itu dinilai lebih akurat dan cepat mendeteksi virus korona.

HENY, Sampit

”Selama ini banyak masyarakat yang salah kaprah dengan pemeriksaan tes Covid-19. Tidak semua pemeriksaan tes cepat dinamakan rapid test. Jadi, pemeriksaan tes Covid-19 sebenarnya dinamakan pemeriksaan skrining antibodi yang metodenya dapat dilakukan menggunakan PCR, ECLIA, ELISA, dan Rapid Test,” kata Yuendri Irawanto, Kepala UDD PMI Kotim, belum lama ini.

Layanan tes cepat Covid-19 melalui metode pemeriksaan ECLIA di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD PMI) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sebelumnya diperuntukkan guna menjamin darah hasil pendonor agar aman, terbebas dari empat risiko penyakit penularan melalui transfusi darah seperti hepatitis B, hepatitis C, HIV, dan sipilis.

”Awalnya saya ingin menjamin stok darah dari pendonor terbebas dari empat risiko penyakit. Sejak tahun 2017 itulah saya memutuskan untuk membeli alat ECLIA melalui anggaran UDD PMI Kotim,” kata Yuendri.

Dalam perkembangannya, pemeriksaan skrining antibodi berbasis laboratorium melalui metode ECLIA terbukti membawa manfaat untuk mendeteksi keberadaan Covid-19. Sejak terbitnya Surat Edaran Kementerian Kesehatan Indonesia pada 6 Juli 2020  terkait batasan tarif tertinggi pemeriksaan rapid test antibodi sebesar Rp 150.000, Pemkab Kotim berupaya mencari tes cepat dengan harga lebih terjangkau.

”Saya diperintahkan Bupati Kotim mencari rapid test yang terjangkau dan tidak lebih dari Rp 150 ribu. Saya bilang oke, saya sanggup memberikan pelayanan skrining antibodi melalui metode ECLIA sebesar Rp 125 ribu," ujarnya.

Pada 13 Juli 2020, layanan pemeriksaan skrining antibodi melalui metode ECLIA mulai dilakukan secara terbuka untuk masyarakat Kotim. Sampai 28 Oktober 2020 lalu, UDD PMI Kotim tercatat telah memberikan layanan kepada 16.045 orang dan 202 orang di antaranya dinyatakan reaktif.

”Dari bulan ke bulan, jumlah pemohon yang melakukan pemeriksaan skrining antibodi terus meningkat. Mulai Juli sudah ada 2.470 orang dan bulan berikutnya mengalami peningkatan hingga mendekati angka 5.000 pemohon yang audah dilakukan pemeriksaan," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat yang melakukan pemeriksaan skrining antibodi melalui metode ECLIA tak hanya datang dari Kotim, tetapi juga dari kabupaten tetangga, seperti Seruyan, Kotawaringin Barat dan Kota Palangka Raya.

”Tidak hanya masyarakat Kotim, Kobar, dan Palangka Raya memeriksa skrining antibodi di sini karena biaya tarif yang lebih murah," ujarnya.

Dalam sehari, rata-rata melayani sekitar 100-300 orang. Ada pula institusi yang datang melakukan pemeriksaan skrining antibodi secara periodik seperti KPP Pratama Sampit, Badan Pusat Statistik Kotim, BRI Cabang Sampit, KPPN, termasuk karyawan Surat Kabar Harian Radar Sampit.

Dia menjamin biaya pemeriksaan skrining antibodi melalui metode ECLIA paling murah se-Indonesia. Akan tetapi, belum banyak yang menggunakan metode itu. ”Untuk UDD PMI baru di Kotim dan di Malang. Kalau pihak swasta ya banyak yang pakai metode ini," ujarnya.

Selain menawarkan tarif yang lebih murah, metode ECLIA dinilai lebih akurat mendeteksi keberadaan Covid-19. Hal itu dikarenakan metode ECLIA tidak menimbulkan reaksi silang terhadap virus flu biasa maupun coronavirus jenis lainnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: sastro-Sastro Radar Sampit

Tags

Rekomendasi

Terkini

X