• Senin, 22 Desember 2025

Cerita di Balik Tragedi Tambang Maut, Ada Gelagat Aneh Menjelang Petaka

Photo Author
- Senin, 23 November 2020 | 15:13 WIB
TERSANGKA BARU: Polres Kobar menetapkan Riki Fitriyadi, pemilik dan pemodal tambang ilegal di Kecamatan Arut Utara sebagai tersangka baru. (RINDUWAN /RADAR SAMPIT)
TERSANGKA BARU: Polres Kobar menetapkan Riki Fitriyadi, pemilik dan pemodal tambang ilegal di Kecamatan Arut Utara sebagai tersangka baru. (RINDUWAN /RADAR SAMPIT)

Kepergian sepuluh penambang di lubang maut tambang emas Sungai Seribu, Kelurahan Pangkut, Kecamatan Arut Utara, menyentak banyak orang. Terutama rekan sesama penambang. Mereka pergi meninggalkan sejumlah pertanda di luar kebiasaan harian.

==== 

Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Kotawaringin Barat disertai kilatan petir menyambar bersahut-sahutan di malam sebelum tragedi memilukan tersebut terjadi, Selasa (17/11) malam. Cuaca buruk tersebut tak lantas membuat para pekerja tambang itu beranjak ke peraduan untuk segera tidur.

Malam itu, para penambang emas yang berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat tersebut justru saling bercanda dan tertawa lepas. Termasuk sepuluh korban yang tewas akibat terjangan air bah dan lumpur dari bekas lubang galian yang sudah lama ditinggalkan oleh para penambang sebelumnya.

Seorang kerabat korban, Aep Saefuloh, dengan berlinang air mata mengungkapkan, di antara korban yang tewas tersebut, mereka meminjam sound system untuk mendengarkan musik.

”Malam itu mereka tampak gembira sekali. Sambil mendengarkan musik mereka bercanda ria. Di luar kebiasaan mereka," ujarnya.

Dalam suasana hujan deras itu, keanehan semakin nampak lantaran dari sepuluh korban tewas. Mereka bersikeras masuk ke lubang galian tambang pagi harinya untuk mengambil batu. Padahal, mereka telah mempunyai tugas masing-masing. Pada hari nahas tersebut, mereka di bagian belah batu yang berasal dari lubang tambang untuk diproses perendaman dan ada yang bertugas untuk pekerjaan lainnya.

Bahkan, salah seorang korban yang tewas dengan riang gembira mengatakan,"Besok pagi-pagi kita masuk lubang." Ajakan tersebut langsung disambut antusias dan riang gembira oleh sembilan orang yang juga turut tewas dalam tragedi tersebut.

Keanehan lainnya juga terlihat malam itu. Pekerja yang seharusnya masuk lubang, justru tak semangat dan berencana libur. Hal itu bertolak belakang dengan semangat sepuluh korban yang tewas.

Sebagai informasi, anggota rombongan dalam tambang emas milik Riki tersebut sebanyak 23 orang. Termasuk bagian memasak yang dilakoni seorang ibu. Ada yang bertugas masuk lubang, bagian penunggu mesin hidrolis pengangkat karung batu pilihan berisi kandungan emas.

”Semangat mereka pada malam itu menunjukkan ketidaksabaran untuk menyambut pagi hari datang. Seperti ada yang membisiki untuk segera bekerja dan masuk ke lubang tambang maut itu. Gelagat mereka aneh, tapi saya yakin ini sudah takdir mereka,” ungkapnya.

Cerita memilukan juga datang dari Irwan, keluarga korban sesama penambang yang ikut dalam evakuasi jenazah. Menurutnya, saat evakuasi, ada pemandangan memilukan pada dua dari tiga jenazah yang ditemukan Jumat (20/11) lalu. Dua jenazah saling berangkulan erat, yaitu Rana Solikat (20) dan Nurhidayat (26). Keduanya saudara sepupu.

Mengingat lubang utama hanya berdiamater 80 cm, kedua jenazah tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu. Proses pemisahan sangat sulit dilakukan. ”Tampaknya mereka mengetahui apa yang akan terjadi kepada mereka. Dimungkinkan pelukan yang sangat erat tersebut sebagai tanda lepasnya nyawa dari raga mereka berdua," tuturnya.

Sampai kemarin, tujuh dari sepuluh jenazah yang tewas akibat tersapu air bah dari jebolnya dinding galian yang terhubung dengan bekas galian lama belum mampu dievakuasi. Kuat dugaan tujuh jenazah tersebut tidak dapat dievakuasi karena medan yang sangat sulit.  

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: sastro-Sastro Radar Sampit

Tags

Rekomendasi

Terkini

X