• Senin, 22 Desember 2025

Kotim Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir, Akses Jalur Darat Puluhan Desa Rawan Putus

Photo Author
- Sabtu, 9 Maret 2024 | 15:55 WIB
RAPAT KOORDINASI: Rapat koordinasi membahas kesepakatan perpanjangan status tanggap darurat banjir di Kotim di Aula Pusdaops BPBD Kotim, Jumat (8/3/2024). (Istimewa)
RAPAT KOORDINASI: Rapat koordinasi membahas kesepakatan perpanjangan status tanggap darurat banjir di Kotim di Aula Pusdaops BPBD Kotim, Jumat (8/3/2024). (Istimewa)

 

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memperpanjang status tanggap darurat banjir selama 14 hari sampai 22 Maret 2024. Sejumlah mitigasi dilakukan menghadapi bencana musiman.

HENY, Sampit | radarsampit.com

 

Curah hujan tinggi dalam beberapa hari belakangan jadi perhatian serius Pemkab Kotim. Prediksi cuaca dalam sebulan ini yang memperkirakan banjir masih mengancam, membuat Pemkab Kotim akhirnya memutuskan memperpanjang status tanggap darurat banjir yang sejatinya berakhir Jumat (8/3/2024) sejak 24 Februari lalu.

”Setelah mendengar langsung apa yang disampaikan BPBD, BMKG, dan Balai Wilayah Sungai Kalimantan II Palangka Raya dalam rapat, masih ada kemungkinan potensi banjir, terutama di wilayah utara, sehingga hasil rapat koordinasi menyepakati memperpanjang status tanggap darurat banjir sampai 14 hari kedepan,” kata Irawati, Wakil Bupati Kotim usai memimpin rapat koordinasi di Ruang Pusdaops Kantor BPBD Kotim, Jumat (8/3/2024). Irawati juga menerima laporan masih ada beberapa desa yang masih terendam banjir setinggi 5-50 cm di Desa Kabuau dan Barunang Miri, Kecamatan Parenggean. Kemudian, di Sungai Ubar Mandiri, Kecamatan Cempaga Hulu, dan Desa Pasir Putih, Kecamatan Telawang.

Baca Juga: Sekolah di Kotim akan Libur Seminggu pada Awal Ramadan

”Beberapa desa yang dikabarkan tergenang banjir ini belum ada melapor ke BPBD Kotim, karena ketinggian masih di kisaran 50 cm. Akan tetapi, apabila melihat intensitas hujan dalam beberapa hari terakhir, ada kemungkinan genangan banjir akan mengalami peningkatan,” ujarnya. Pemkab Kotim saat ini juga masih fokus melalukan penanggulangan banjir di dalam Kota Sampit yang masih ditemukan genangan air menutupi badan jalan di beberapa titik. ”Kami melihat masih banyak drainase yang tidak lancar, sehingga mengakibatkan air meluap sampai ke jalan hingga ke permukiman warga,” ujarnya. Terkait hal itu, Bupati Kotim Halikinnor telah menginstruksikan SOPD terkait untuk lebih gencar melakukan normalisasi drainase di dalam kota.

”Pak Bupati sudah menginstruksikan Dinas SDA, Bina Marga, Bina Konstruksi Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kotim untuk lebih sering melakukan normalisasi pengerukan drainase yang tidak lancar dan melakukan pendekatan kepada masyarakat, karena ada sebagian masyarakat yang tidak mau dibersihkan, tidak ada gorong-gorong, bahkan kurang kesadaran membersihkan drainase di sekitar lingkungannya,” ujarnya.

Irawati menambahkan, dengan diperpanjangnya status tanggap darurat banjir, juga memudahkan Pemkab Kotim memberikan bantuan, khususnya kepada warga yang rumahnya terendam. ”Semua KK yang terdampak dan terendam banjir beberapa minggu lalu sudah kami berikan bantuan kebutuhan bahan pokok. Banjir banyak menimpa warga di bantaran sungai. Kalau masih ada potensi banjir susulan, Pemkab Kotim pasti akan cepat tanggap turun membantu warga, khususnya yang rumahnya terendam banjir. Kalau dikatakan warga yang terdampak jumlahnya pasti banyak, tetapi warga yang rumahnya terendam banjir itu yang juga menjadi prioritas kami untuk dibantu,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam mengatakan, curah hujan yang cukup tinggi dengan durasi waktu lama yang tidak diimbangi dengan penyerapan pada tanah yang baik dan cukup, menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di Kotim. ”Banjir di Kotim disebabkan oleh intensitas curah hujan tinggi dalam durasi yang cukup lama, sehingga mengakibatkan sungai meluap dan tidak mampu menampung aliran permukaan yang berdampak pada air meluap hingga ke perumahan warga,” kata Multazam.

Di samping itu, lanjutnya, pendangkalan sungai akibat proses sedimentasi pada badan sungai di daerah hilir yang disebabkan degradasi lahan di hulu, mengakibatkan peningkatan koefisien aliran dan laju erosi. ”Bencana banjir dapat semakin parah karena tumpukan sampah dan rumput yang menutup saluran drainase di permukiman warga hingga masih banyaknya rumah yang dibangun di bantaran sungai, sehingga menghambat aliran air,” ujarnya.

Berdasarkan hasil analisa kajian risiko bencana banjir di Kotim, didasari atas luas risiko yang dibagi menjadi dataran rendah, sedang, dan tinggi. Total luas risiko tertinggi berada pada Desa Camba 98.316 hektare dan Desa Hanjalipan mencakup 34.055 ha yang terletak di Kecamatan Kotabesi serta Desa Cempaka Mulia Timur di Kecamatan Cempaga dengan total luas risiko mencapai 40.429 ha. Total luas risiko terendah berada di Desa Sumber Makmur seluas 201 ha dan Desa Biru Maju seluas 135 ha yang terletak di Kecamatan Telawang, serta Desa Karya Bersama Kecamatan Parenggean seluas 222 ha.

”Melihat kondisi cuaca yang disampaikan BMKG pada Dasarian II, diprediksi terjadi curah hujan ringan hingga sedang, dasarian III akan terjadi peningkatan curah hujan. Kami melihat potensi kerawanan banjir masih dimungkinkan terjadi. Ini yang harus kami sikapi, sehingga disepakati perpanjangan status tanggap darurat banjir,” kata Multazam. Multazam menuturkan, bencana banjir tahun ini diprediksi tak separah tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, pihaknya perlu mewaspadai kemungkinan 20 desa di delapan kecamatan di Kotim yang rawan terputus akses darat, di antaranya Desa Tumbang Kania, Tumbang Payang, Tumbang Sapia, Tumbang Torung, Tewei Hara yang masuk wilayah Kecamatan Bukit Santuai.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Sampit

Tags

Rekomendasi

Terkini

X