Tidak ada listrik, tidak ada sinyal telepon selular. Fasilitas pendidikan dan kesehatan pun jauh tertinggal. Itulah kondisi Muara Ubar, sebuah dusun yang ditinggali 106 kepala keluarga (KK) di Desa Tanah Putih, Kecamatan Telawang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
YUNI PRATIWI ISKANDAR, Sampit | radarsampit.com
Selamat Datang di Dusun Muara Ubar, tulisan tersebut terpampang di pintu masuk dusun. Pada bagian atas tulisan terdapat logo perusahaan yang menandakan bahwa papan nama tersebut dibuat oleh perusahaan yang beroperasi tidak jauh dari Muara Ubar. Untuk menuju Dusun Muara Ubar, harus melintasi kawasan perusahaan perkebunan sawit. Ada beberapa titik yang tergenang, sehingga menyulitkan warga untuk melintas.
Camat Telawang Deddy Jauhari mengatakan, infrastruktur di Muara Ubar masih banyak kekurangan. Pihaknya meminta perusahaan swasta untuk membantu meninggikan jalan. ”Tujuannya, masyarakat tetap bisa mengakses jalan utama saat banjir supaya mudah untuk mencari kebutuhan sehari-hari. Kalau lewat sungai, jauh,” tutur Deddy.
Baca Juga: Pesta Demokrasi Usai Penderitaan Menanti, Sejumlah Caleg Gagal di Kalteng Tersandera Utang
Dari segi kesehatan, tepat di sisi kanan dari jalan masuk ada sebuah bangunan kecil berwarna putih hijau yang merupakan polindes. Sayangnya pondok bersalin itu tidak beroperasi karena ketiadaan tenaga medis dan fasilitas pendukung lainnya. “Polindes yang ada belum berfungsi, tenaga kesehatan tidak ada. Fasilitas pendukung di dalamnya tidak ada. Untuk melahirkan, ranjang tidak ada,” ungkap Deddy.
Pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kotim untuk memenuhi kebutuhan fasilitas kesehatan di polindes Muara Ubar. “Saya akan sampaikan ke Dinkes, biar mereka yang menginventarisir kebutuhannya, termasuk tenaga kesehatannya. Tenaga kesehatan ini dulunya sempat ada, tapi karena fasilitas pendukung tidak ada, mereka juga kesulitan,” ungkapnya. Fasilitas pendidikan di Dusun Muara Ubar juga bernasib sama. SDN 3 Tanah Putih Dusun Muara Ubar Kecamatan Telawang yang terbuat dari kayu tampak tidak layak. Plafon di bagian luar dan di ruang kelas banyak yang sudah jebol, begitupula dengan meja dan kursi yang digunakan siswa banyak yang rusak.
Baca Juga: Air Sungai Arut Pasang, Buaya-Buaya Melenggang ke Pekarangan Rumah
Beberapa pelajar mengenakan seragam sekolah lengkap, mulai dari seragam merah putih, topi, dasi, hingga kaos kaki putih dan sepatu hitam. Tetapi tidak sedikit pula yang mengenakan sandal. “Untuk pendidikan ada ruang kelas yang tidak bisa digunakan, mungkin karena usia bangunannya yang sudah terlalu lama. Ada juga atap yang bocor. Ini akan berdampak pada proses pendidikan,” tuturnya.
Untuk perbaikan bangunan sekolah, pihaknya telah berkoordinasi dengan perusahaan yang ada di sekitar dusun untuk melakukan perbaikan. Hal senada disampaikan oleh Kepala Desa Tanah Putih Yanto. Yanto berharap ada perhatian dari pemerintah maupun perusahaan sekitar untuk melakukan perbaikan, agar para peserta didik merasa nyaman saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. “Harapan kami baik dari pemerintah daerah maupun dari pihak ketiga bisa bantu, karena dari fisik bangunan kelihatan sudah tidak layak,” sebutnya. Mengenai tenaga pengajar, ada tiga guru dan satu kepala sekolah di SD tersebut. Mereka ada yang berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan ada pula Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Tenaga pendidik tidak ada yang tinggal di dusun tersebut, karena tempat tinggal guru yang disediakan pun sudah rusak dan tidak layak huni. “Gurunya pulang pergi dari Penyang tidak ada yang tinggal di sini. Jarak tempuh mereka dari Penyang sampai ke sekolah ini hampir 30 kilometer,” sebutnya.
Sementara itu, Kepala Dusun Muara Ubar Dewi mengatakan, apabila ada warga yang sakit mereka berobat ke klinik di perusahaan terdekat. Sebab warga di dusun tersebut ada yang bekerja di perusahaan yang beroperasi tidak jauh dari dusun itu. “Karena kebanyakan warga kerja di perusahaan, jadi ada BPJS-nya, kalau ada rujukan pihak klinik yang membuatkan,” tuturnya. Sedangkan untuk layanan kesehatan dari pemerintah daerah sendiri menurutnya rutin diadakan posyandu pada tanggal 12 setiap bulannya. “Sebulan sekali ada posyandu setiap tanggal 12, kalau untuk layanan dewasa, dari usia 13 tahun sampai yang lanjut usia, tenaga kesehatan datang kesini setiap tiga bulan sekali,” sebutnya.
Selain itu, pihaknya juga berharap agar kedepannya pemerintah daerah maupun pihak lainnya bisa membantu agar ada pengurus masjid di dusun tersebut. Hal lainnya, karena banjir musiman sering terjadi di Dusun Muara Ubar, relokasi rumah warga yang terdampak banjir dinilai menjadi solusi atasi banjir di dusun tersebut.
Musibah banjir yang melanda dusun tersebut terjadi setiap tahun. Seperti yang belum lama ini terjadi, kurang lebih selama dua minggu banjir merendam puluhan rumah warga setempat. Ketinggian banjir bahkan ada yang mencapai dua meter. Warga terdampak banjir parah adalah yang tinggal persis di bantaran sungai. Sedikitnya ada 15 rumah yang terdampak banjir parah. Namun tidak menutup kemungkinan jumlah itu bertambah seiring dengan bertambah naiknya permukaan air. Karena itu, terhadap 15 warga yang terdampak banjir paling parah diharapkan bisa direlokasi ke dataran yang lebih tinggi.