Jantung Rini langsung berdebar. Dimatikannya api kompor, lalu pergi ke ruang tamu. Sebelum membuka pintu, dirapalnya doa berulang kali.
Di depan teras, Acil Ijum berdiri memegang sepeda. Satu keranjang berisi banyak botol, diikatkan di boncengan belakang, sementara ember kecil tergantung di setang.
“Jahe kunyit, Mbak?” tanya Acil Ijum.
Rini mengangguk sambil menyorongkan gelas. Matanya tak lepas mengamati Acil Ijum; wajah keriput, pakaian agak lusuh, tangan kurus dengan jari-jari yang panjang. Kuku-kukunya tampak kuning.
***
“Biasanya mata kuyang itu habang, karena kurang guring malam. Di lehernya ada lingkaran seperti bekas luka, sambungan kalau kepalanya lepas.”
“Acil Ijum pakai jilbab, saya enggak bisa lihat lehernya,” terang Rini. “Kalau matanya, emmm… kayaknya iya, merah….”
“Kuyang takut bawang, terutama bawang habang. Coba aja diulekkan parak inya.”
***
Malamnya Rini sulit tidur. Beberapa kali terasa melilit, cepat-cepat dia meraba perutnya, dan ketika menyadari masih gendut, dia menarik napas lega. Pikirannya gelisah, membayangkan cerita Acil Bayah, bahwa kuyang dapat menyedot bayi yang masih dalam kandungan. Rini ingin membangunkan Yatno untuk menemaninya terjaga, tetapi saat dia mendengar napas suaminya yang berat, niatnya terbatalkan.
Sambil memeluk perutnya sendiri, Rini membaca doa tiada henti sampai akhirnya tertidur menjelang subuh.
Paginya, dengan tekat yang bulat, Rini mengupas lima siung bawang merah, lalu diuleknya dengan mantap. Tapi ketika dilihatnya hasilnya tidak terlalu banyak, ditambahnya lagi tiga siung besar, lalu ditambahkannya pula empat siung bawang putih. Kemudian diletakkannya cobek berisi bawang yang lumat itu di meja ruang tamu. Beberapa saat diamatinya, pikirannya berkembang. Dibawanya cobek itu ke dapur, ditambahkannya bubuk merica dan diratakannya. Terakhir, ditaburkannya cabai bubuk, baru hatinya merasa puas.
Pukul sepuluh lewat beberapa menit, terdengar seruan, “Jamu! Jamu!”
Hati Rini langsung berdebar kencang. Dibukanya pintu, tampak Acil Ijum dengan sepedanya di depan teras.
Rini mengambil cobek dan membawanya ke luar.