• Senin, 22 Desember 2025

Puisi untuk Istri

Photo Author
- Selasa, 28 Desember 2021 | 16:48 WIB

“Harus secepatnya dioperasi untuk mengambil darah. Golden periode darah dalam otak sekitar enam jam. Tidak boleh lebih dari itu supaya sel otak tidak semakin rusak. Harus secepatnya dikeluarkan darah dari otak,” kata dokter.

Aku menurut saja apa kata ahlinya. Diputuskan dioperasi ke RS di Samarinda karena ada dokter bedah syaraf dan itu waktu yang paling cepat dibanding ke Balikpapan atau Jakarta.

Waktu begitu berpacu. Juga jantungku berdetak-detak tak menentu. Menunggu persiapan ambulans membawa istriku, kami semua berbenah. Dokter anestesi dan perawat sigap berbenah. Para dokter lain dan para medis mempersiapkan diri. Teman-teman dan kawan dekat berbenah menyiapkan doa dan tanda simpatinya.

Aku berbenah menyiapkan mental dan menghadapi kenyataan. Anak-anak berbenah menyambut hari-hari sepi tanpa bundanya. Tuhan, aku hanya dapat menyebut asma-Mu. Apa ini semua titah-Mu? Aku hanya bisa memohon dengan doa, ambil penyakit istriku. Buang jauh-jauh. Selamatkan istriku. Dia harus tetap mendampingi anak-anak nantinya.

Suara raungan ambulans membelah jalan Bontang–Samarinda. Di dalamnya istriku berbaring tak sadarkan diri dengan infus di tangannya, alat pernapasan di mulut. Didampingi dua perawat dan dokter anestesi. Tadi dokter anestesi minta izin untuk memasang alat bantu pernapasan karena tingkat kesadaran istri sudah menurun ke level 8.

Doa-doa begitu saja keluar tak berhingga. Wajah simpati temen-teman masih membayang mengiringi mobil yang membawaku bersama anak-anak. Wajahnya muram dan sedih seperti melepas jenazah ke kuburan. Aku terharu melihat simpati itu. Kutatap ketiga anakku dengan wajah ditekuk. Sedih rasanya tak berhingga. Anakku mari berjuang bersama mendoakan ibu.

Jarak 135 km Bontang-Samarinda itu seperti membentang tak putus-putus. Kondisi jalan yang berkelok banyak lubang dan memprihatinkan membuat perasaan terbang tak berjejak. Rasanya sejak aku tinggal di Bontang jalan itu seperti itu terus. Kalau ada perbaikan hanya sifatnya tambal sulam. Sampai kapan jalan itu bisa mulus dan bisa membawa penumpang sampai tujuan.

Pikiran melayang-layang. Kapan sampainya? Ayo terus jalan. Waktu kita tak banyak. Tuhan selamatkan jiwa istriku. Kami mohon mukjizat-Mu. Aku ingat pesan ustaz, Allah tidak akan memajukan atau memundurkan sedetik pun bila sudah saatnya mengambil nyawa hamba-Nya. Apa artinya enam jam? Sedetikpun tidak akan meleset.

Tapi, manusia belum tahu kapan waktu diambil nyawa itu. Darah yang di otak diamlah. Jangan merembet dekat batang otak yang di tengah. Ayo diam saja. Duduk manis di situ sampai seorang ahli yang dikirim Tuhan mengambilmu. Baru merasa bahwa di Bontang demikian terpencil kalau mengalami kasus emergency.

Selama tiga jam perasaan tak karuan. Hanya satu pintaku, cepat ambil darah di otak istriku. Kami tiba sekitar pukul lima sore di RS Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda. Dokter Andi, ahli bedah syaraf satu-satunya di Samarinda menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada istriku.

Ini penjelasan wajib dokter kepada keluarga pasien bila dilakukan tindakan medis. Penjelasannya tak ada yang enak. Semua menyeramkan. Aku telan saja semua. Tak ada waktu juga untuk berpikir. Tak ada pilihan. Saya tanda tangani semua dokumen yang diperlukan supaya istriku cepat dioperasi.

Tubuh istriku didorong masuk ke ruang operasi. Aku menunggu sambil termangu di lantai 3 di depan ruang operasi. Dokter Tini, ahli anestesi, menjelaskan prosedur anestesi dan pemasukan selang infus melalui pembuluh darah di dada. Aku ingat istriku pernah bercerita tentang ini.
Aku tanda tangani surat-surat yang diperlukan. Sejak kasus dr Ayu, seorang residen yang dipenjara karena mengoperasi pasien yang akhirnya meninggal semua prosedur dijalankan dengan hati-hati. Tak ada yang ingin disalahkan.

Dimulailah operasi itu. Tak ada yang bisa kulakukan selain berdoa. Beberapa kerabat menemani membunuh waktu supaya tidak merasa sendiri. Itulah gunanya kerabat. Tempat untuk berkeluh kesah. Juga menyediakan makan malam. Masih banyak orang baik di dunia ini.
Beberapa orang juga menunggu seperti aku. Berbagai perasaan menghias wajah para penunggu. Meski tak terasa nyaman, aku paksakan untuk menelan makanan. Aku harus menjaga tubuhku supaya tak larut dalam keadaan. Dengan harap-harap cemas, aku menunggu. Semua kuserahkan kepada ahlinya. Saat itu, apa panggilan yang paling mendebarkan? Panggilan dari ruang operasi dari dokter yang menangani.

Jarum jam berputar terus melaksanakan takdirnya. Jarum kecil berdetak tiap detik mengajak jarum yang lebih besar yang berputar lebih lambat. Terakhir, jarum yang besar dan pendek sebagai penunjuk jam berputar mengikuti aturan perputaran jam. Begitulah manusia membuat jam untuk mengukur waktu supaya tepat peruntukannya. Teknologi memang dibuat untuk membuat nyaman manusia. Jarum-jarum itu berputaran sesuai fungsinya. Aku dengan anak-anak dan kerabat duduk menjalani waktu sambil menahan resah.

Satu jam lewat tak ada panggilan dari ruang operasi. Berarti operasi sudah berjalan sebagaimana mestinya. Pikiran tetap melayang-layang tak karuan. Membalas pesan yang masuk melalui handphone. Banyak sahabat yang mendoakan. Banyak sahabat juga yang bertanya beritanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X