“Istri anda itu mendengar. Tapi dia stres karena kepalanya sakit, tidak bisa apa-apa dan ngomong tidak ada yang mengerti. Tugas anda menentramkannya. Ngomong saja yang baik-baik di telinganya dan tumbuhkan harapannya. Kalau perlu buat suara musik lembut yang manis atau murottal Al-Qur’an supaya bisa menemani di hari-hari yang sepi,” kata dr Ibram panjang lebar.
“Organ pendengaran adalah yang pertama kali berfungsi, juga paling akhir meninggalkan fungsinya. Maka seorang bayi yang baru lahir perlu diazani supaya dia mendengar kalimat itu pertama. Dan kalau mau meninggal, seseorang perlu dibisiki mengucapkan lafal Allah,” pesan dr Ibram masih kuingat.
Hari-hari kulalui dengan menunggu dan berdoa. Aku sudah izin ke kantor mendampingi istri berobat. Entah sampai berapa lama. Kadang sepi menyayat hati. Menjalani hari-hari menunggu istri di RS. Kadang berpikir, hidup itu apa sebenarnya? Apa rahasia hidup sebenarnya.
Aku berusaha menjalani hari dengan kepasrahan. Apa perlunya bertanya Tuhan tentang takdir? Apa perlunya bertanya pada Tuhan tentang cobaan-Nya? Aku ingat perkataan mantan Menteri Kesehatan dr Endang Rahayu Sedyaningsih saat memberi pengantar pada sebuah buku tentang perjuangan melawan kanker sekitar seminggu menjelang kematiannya.
Dokter Endang terkena vonis kanker paru-paru stadium IV dan masih berjuang melawannya. Dia tidak akan bertanya kepada Tuhan kenapa dia menderita kanker. Dia merasa sudah banyak nikmat yang diberikan Tuhan kepadanya, harta, suami, anak-anak, keluarga, dan karier yang bagus. Dia akan menjalani apa adanya.
Tepat tujuh hari istriku dirawat di ICU. Tingkat kesadarannya sudah antara 13–14. Mata sudah bisa melihat. Tangan dan kaki sudah bergerak. Sudah bisa bicara meski belum fokus dan lafalnya belum sempurna. Secara teknis sudah boleh ke ruang perawatan. Teman-teman dan sahabatnya sudah banyak yang membesuknya. Juga teman-temanku dan tetangga. Ini juga yang bisa menambah menguatkanku, simpati dari handai tolan. Dan doa tentu saja.
Seperti hari-hari kemarin, aku membesuknya di ruang ICU. Di sebelah anakku. Kupandang wajahnya yang masih layu. Matanya terpejam, seperti orang tidur. Kubisikkan sebuah puisi untuk istriku. Aku terbata-bata mencari kata-kata. Meski akhirnya keluar juga.
Geliat hati/ mau kembali/ tapi ambisi/ tak juga mengerti.
Suatu hari/ yang tak mudah dilewati/ membisiki/ supaya cepat berlari
Ingin aku mendekapmu/ seperti seorang suami pada istri/ seperti putik bunga dan benang sari
Aku ingin menyentuhmu/ Seperti mentari menyapa pagi/ bulan menjenguk malam
Tetap tabah/ kita sama-sama berjuang/ Nyala lilin di ujung malam/ adalah harapan yang tak pernah padam
Aku tahu/ angin malam bisa begitu kencang/ api temaram bisa hilang
Aku tahu/ waktu akan tetap berlalu/ meski berat beban melebihi batu/ kenyataan tak bisa menunggu
Aku tahu/ bila Tuhan mau/ Tinggal mengetuk palu/ tak putus doa mengiringimu Sayangku/ aku ingin tetap bersamamu/ menunggu senyum tawamu/ menunggu badai berlalu
Aku tahu apa arti puisi. Kata mantan Presiden Amerika, John F Kennedy, bila negara kotor maka puisi akan membersihkannya. Aku tidak begitu tahu bagaimana cara membersihkannya. Aku senang saja, ada seorang presiden begitu menghargai puisi. Juga waktu seorang penyair dari Solo, Sosiawan Leak mengajak membuat buku dan membaca Puisi Melawan Korupsi.
Aku juga belum tahu bagaimana cara melawannya tetapi aku senang saja dan bergabung pada gerakan Puisi Melawan Korupsi. Apa puisi bisa sedahsyat itu melawan korupsi? Apa puisi dapat menyembuhkan orang sakit? Aku tak punya pilihan lain lagi.
Aku hanya punya puisi di kantong tadi. Kubisikkan khusus untuk istri sebagai penyemangat hidup seperti pesan dokternya. Biar puisi berjuang sendiri menemui takdirnya. Semoga Tuhan berkenan. (dwi/k8)
**) AVM: Arterio Venous Mallformation, sebuah kelainan bawaan di pembuluh arteri vena di kepala dengan cabang-cabang kecilnya yang menjadikan kedua pembuluh darah tersebut bercampur. Biasanya mulai menyerang pada usia di atas 40 tahun.
SUNARYO BROTO, lahir di Karanganyar, Solo, 7 April 1965. Di Bontang aktif pada beberapa kegiatan khususnya pada bidang pers dan jurnalistik di lingkungan Pupuk Kaltim. Beberapa karyanya telah dibukukan. Menulis 10 buku serial Knowledge Manajemen untuk perusahaan dengan kerja sama narasumber.