• Senin, 22 Desember 2025

Cerpen Endry Sulistyo, 99

Photo Author
- Minggu, 25 Juni 2023 | 14:54 WIB

“Apa yang bisa kami harapkan? Yang terjadi saat ini, justru aktivitas perusahaan ini semakin masif. Jarak antara bukaan tepi lubang tambang dengan permukiman terdekat, khususnya di RT 07, kini hanya berjarak sekitar 300 meter.”

“Kenapa Bapak bisa tahu ini semua? Bukankah bapak hanya warga biasa di sini? Bukan pengurus RT atau RW bahkan?”

“Nurani yang menggerakkan, Le. Bapakmu dan beberapa warga masih berusaha menuntut keadilan. Ini tanah adalah warisan untuk kamu dan anak cucu. Apa yang bisa kami wariskan jika tempat tanah yang didiami kini pelan-pelan hilang.”

“Apa yang Bapak lakukan bersama warga bukannya berbahaya, Pak? Sepadankah dengan risikonya?”

“Pilihan dalam hidup memang selalu punya risiko. Pada 8 April 2021, warga melakukan aksi protes dan demonstrasi ke kantor gubernur dengan melakukan aksi mandi lumpur di depan kantor tersebut.”

“Iya, Pak. Saya tahu karena saya sempat membacanya di salah satu media online. Hasilnya?”

“Sebagian warga yang turut protes waktu itu, kini semakin sedikit yang berani terlibat. Entah karena lelah berjuang atau takut akan adanya intimidasi.”

“Kalau Bapak sendiri bagaimana?”

“Le, meskipun leluhur kita dulu adalah orang Jawa, tetapi kita sudah lama hidup di sini. Apa yang kita makan dan minum adalah berkah dari tanah di Kalimantan ini. Bagaimanapun, kita telah menjadi bagian dari tanah Kalimantan ini. Tak ada bedanya!”

“Iya, Pak.”

Mustari memandang lekat wajah bapaknya. Meski menua, tapi guratan di wajahnya masih menunjukkan bahwa bapaknya adalah seorang petarung sejati. Sama persis mungkin ketika puluhan tahun yang lalu memutuskan hijrah dari tanah Jawa bersama istri yang baru tiga bulan dinikahinya.

“Sudah ya, Le. Bapak mau istirahat dulu. Besok pagi setelah menengok ladang, Bapak dengan beberapa warga mau lapor ke polsek terkait limbah tambang yang kembali mengalir ke sungai dan mencemari tanaman warga.”

“Besok saya ikut ya, Pak?”

“Sebaiknya tidak usah. Lagi pula kamu baru datang. Kamu temani ibumu saja di rumah. Risikonya besar. Bisa-bisa kamu juga akan dituduh dan ditandai sebagai provokator sehingga warga pada berani protes. Biar Bapak saja.”

Mustari terdiam.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X