“Di mana ibumu? Mengapa ia tidak terlihat di sini?” tanyanya lagi sambil celingak-celinguk.
“Kami libur jika hari Minggu,” jawab Maya singkat.
“Ah, begitu rupanya. Baiklah, sekarang mari kita mulai rencananya. Jadi kau hanya perlu menemaniku ke pasar. Dan ingat, kau harus terus berada di dekatku jika tidak ingin terkena masalah,” Shally mengatakan itu dengan raut wajah yang serius.
Akhirnya mereka pun berangkat ke pasar, saat tiba di depan sebuah toko baju, Shally mengajak Maya masuk. Keadaan toko itu cukup ramai, dipenuhi dengan para wanita yang sibuk memilih baju-baju yang ada di rak.
“Tolong awasi sekitar, aku akan mulai memasukkan baju-baju ini ke dalam tas ranselku,” bisiknya kepada Maya. Maya yang mendengar hal itu pun terkejut bukan main. Ia tak menduga bahwa rencana Shally adalah mencuri baju-baju di toko ini.
“Apa kau sudah gila! Aku tak mau membantumu untuk urusan mencuri,” tutur Maya kepada Shally.
Namun, Shally tak menggubris ocehan Maya, ia sibuk memasukkan baju-baju yang ada di rak ke dalam tasnya. “Hei, apa kau dengar aku?” suara Maya terlalu keras, sehingga Maya tak sadar bahwa ada salah satu pengunjung yang melihat Shally memasukkan baju-baju itu ke dalam tasnya. Kemudian pengunjung itu meneriaki mereka sebagai maling dan orang-orang sekitar mulai berkumpul. Secepat kilat Shally keluar dari toko agar ia tak menjadi bulan-bulanan massa.
“Cepat Maya, jika tidak kita akan dihabisi oleh mereka,” tutur Shally sambil berusaha berlari secepat mungkin. Sayangnya Shally tak sadar bahwa Maya jauh tertinggal di belakang.