Sering memakan korban jiwa, pemerintah akhirnya berencana menata dan membina kawasan Pumpung, Cempaka, Kota Banjarbaru.
Kawasan pendulangan intan yang kaya aspek historis itu akan menjadi Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).
Muhammad Tauhid (32) sedang mendulang intan di kawasan Pumpung saat hujan deras melanda Banjarbaru Senin (21/1) itu.
Dia bersama dua orang rekannya sedang mencari intan di sebuah lubang yang cukup dalam sekitar 10 meter.
Hujan yang terus turun membuat tanah galian di lokasi menjadi tidak stabil. Tiba-tiba, saat mereka masih sedang bekerja, material pasir bercampur tanah dan batu longsor dari atas.
Tauhid melompat mengikuti kedua temannya. Namun, dia tidak sempat menghindar lebih jauh. Longsoran tanah begitu cepat runtuh.
Saat longsor reda, rekan kerjanya yang panik bersama dengan warga dan pendulang setempat berusaha menggali Tauhid. Tubuhnya akhirnya bisa ditarik.
Tapi takdir berkata lain. Warga Cempaka RT 23 RW 08 Kelurahan Cempaka ini tak tertolong meskipun sempat dievakuasi ke rumah sakit.
Tragedi ini menambah daftar panjang korban pendulangan Pumpung. April tahun 2017 lalu juga terjadi musibah yang merenggut dua korban jiwa.
Kejadiannya sama, tertimbun longsor saat beraktivitas menambang. Sebelumnya, hampir setiap tahun selalu ada penambang yang tewas di Pumpung.
Kapan insiden mengenaskan seperti ini akan berakhir?
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalsel punya jawaban. Mereka berencana menata dan membina kawasan Pumpung dengan cara menjadikannya Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).
Kepala ESDM Kalsel Isharwanto mengatakan, usulan tersebut baru-baru tadi telah mereka sampaikan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
"Sekarang kita sedang menunggu, apakah usulan itu diterima atau tidak," katanya.
Dia mengungkapkan, jika usulan itu diterima. Maka pihaknya memiliki kewenangan untuk membina dan mengatur aktivitas pendulangan atau pertambangan intan di Pumpung.