SAMARINDA–Berharap bisa jadi ayah sambung yang bisa melindungi keluarga, aksi laki-laki yang “dibutakan” nafsu berahi di Kecamatan Samarinda Ulu justru membuat masa depan seorang anak merasakan pedihnya kehidupan.
Sebut saja Donjuan, bukan nama sebenarnya, ayah sambung dari Matahari, nama disamarkan, justru menjadikan anaknya yang sudah beranjak dewasa itu sebagai pelampiasan nafsu. Tak hanya sekali, pria kurus yang kini menginjak usia 52 tahun itu ternyata sudah menjadikan si anak sebagai tempat pelampiasan sejak korban masih duduk di sekolah dasar (SD). Sekitar delapan tahun Matahari “terkungkung” dalam tekanan sang ayah.
Baca Juga: Satu Santri di Banjarbaru Jadi Tersangka Pelecehan
Perbuatan itu akhirnya terungkap Rabu (17/2) lalu, sekitar pukul 14.30 Wita. Istri pelaku memergoki suaminya melakukan perbuatan tak senonoh terhadap anak kandungnya di dalam kamar. Saat itu korban sedang bermain handphone, tiba-tiba pelaku langsung masuk kamar anak tirinya tersebut dan langsung mengunci pintu. Saat itu Donjuan berusaha melancarkan perbuatan bejatnya.
Namun, belum sempat disetubuhi, aksinya itu ketahuan istrinya yang saat itu hendak membuang sampah. Aksi Donjuan dilihat dari jendela kamar korban. Kejadian itu langsung membuat ibu korban naik pitam, dan menggedor pintu kamar korban. Setelah dipergoki istri, kejadian itu lantas diadukan ke Polsek Samarinda Ulu. "Kepergok istrinya. Membuat laporan sembari mendampingi anaknya itu (korban)," jelas Kapolresta Samarinda Kombes Pol Ary Fadli melalui Kapolsek Samarinda Ulu AKP Yasir, kemarin (20/2).
Dua hari setelah membuat laporan, tepatnya Senin (19/2), pelaku diamankan di kediamannya untuk proses penyelidikan. Saat disinggung berapa lama perbuatan pelaku terhadap anak tirinya, perwira berpangkat balok tiga itu menyebut, telah berkali-kali sejak korban masih duduk di bangku SD hingga kini usia 19 tahun. “Benar, berkali-kali sudah disetubuhi. Seminggu tiga kali dilakukan perbuatannya terhadap anak tirinya," katanya.
Ditegaskan Yasir, saat menjalankan aksinya, Donjuan selalu mengancam korban, sehingga korban tidak berani untuk bercerita kepada siapa pun, termasuk kepada ibunya. "Selalu diancam, makanya korban ketakutan. Setelah ketahuan baru anak ini mau bicara semuanya," kuncinya. (dra/k8)