Lamlay menambahkan, saat ini pihaknya memang belum memiliki program beasiswa khusus untuk pendidikan dokter spesialis. Namun, menurutnya, peluang kerja sama terbuka melalui program Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang digagas Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
“Program ini ditujukan untuk daerah-daerah yang masih mengalami kekurangan dokter spesialis, jadi Berau sangat berpeluang mendapat beasiswa itu,” katanya.
Meski begitu, ia mengungkapkan selama ini Pemkab Berau juga telah berkontribusi dalam pembiayaan pendidikan dokter spesialis melalui APBD.
“Beberapa dokter spesialis kita ada yang difasilitasi APBD dan kini sudah kembali bertugas. Saat ini sebagian besar pembiayaan memang didominasi dari pusat,” ucapnya.
Baca Juga: Internet Gratis Menjangkau Pelosok, Warga Desa Mulawarman Bersyukur dan Sambut Positif
Ia pun menekankan pembenahan sistem layanan kesehatan tidak cukup hanya dari sisi SDM dan alat kesehatan (alkes). Perlu juga penguatan sistem manajemen dan regulasi internal agar pelayanan berjalan lebih optimal.
“Kalau personelnya ada, alatnya ada, tapi sistem tidak mendukung, ya tetap tidak maksimal. Jadi kami juga fokus membenahi mekanisme internal baik di rumah sakit maupun puskesmas,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala BKPSDM Berau, Eka Sri Takariyati mengatakan, pemerintah daerah melakukan penataan kebutuhan pegawai dengan rekrutmen formasi melalui jalur CPNS dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).
Baca Juga: Sudah Bayar Ratusan Juta tapi 10 Orang dari Kalsel Gagal ke Tanah Suci, Ternyata Haji Jalur Ilegal
Meski sempat terjadi penundaan pembukaan CPNS oleh pemerintah pusat, namun akhirnya kembali dibuka pada tahun 2024 lalu. Pada momen tersebut, Pemkab Berau membuka formasi CPNS terbanyak sepanjang sejarah, yakni mencapai 450 formasi.
“Biasanya kami hanya buka sekitar 100 formasi. Tapi pada 2024 itu luar biasa, kami ajukan dan disetujui 450 formasi," ujarnya.
"Namun yang terisi hanya sekitar 380 karena ada beberapa formasi yang memang tidak ada pelamarnya,” sambungnya.
Formasi yang paling sulit terisi, kata dia, adalah dokter spesialis, terutama yang penempatannya di wilayah terpencil. Banyak dokter enggan mendaftar karena mempertimbangkan lokasi kerja yang jauh dari pusat kota. Padahal, formasi tersebut dibuka hampir setiap tahun.
Baca Juga: Jika NTB dan NTT Tak Siap, Kaltim Sanggup Jadi Tuan Rumah PON XXII 2028
“Yang paling dibutuhkan sekarang seperti dokter THT dan dokter mata. Pihak RSUD bahkan infonya sedang menyekolahkan dokter untuk dua spesialisasi itu,” ungkapnya.