• Senin, 22 Desember 2025

Meniti Bebatuan, Mendaki Bukit Hingga Menarik Perahu di Riam Bakang

Photo Author
- Rabu, 13 Maret 2024 | 12:30 WIB
ANAK PEDALAMAN: Sampai di Desa Tanjung Lokang, Kadisdikbud Kalbar Rita Hastarita membagikan susu dan kue buat anak-anak pedalaman di Desa Tanjung Lokang. (MIRZA/PONTIANAKPOST )
ANAK PEDALAMAN: Sampai di Desa Tanjung Lokang, Kadisdikbud Kalbar Rita Hastarita membagikan susu dan kue buat anak-anak pedalaman di Desa Tanjung Lokang. (MIRZA/PONTIANAKPOST )

 

Seharian hujan mengguyur Resort Bungan milik Taman Nasional Betung Kerihun. Air sungai di percabangan antara Sungai Kapuas dan Sungai Bungan meninggi. Begitulah kondisi alur sungai menuju Tanjung Lokang ketika pasang. Perjalanan ke sana semakin menantang, karena arus semakin deras.

 

Mirza Ahmad Muin, Tanjung Lokang

 

 

JAM sudah menunjuk pukul 12 malam, namun belum ada tanda-tanda hujan akan reda. Sebagian teman dari tim ekspedisi sudah tertidur pulas. Mengecas tenaga untuk melanjutkan perjalanan ke Tanjung Lokang esok pagi.Selawi, juru batu perahu tampak gusar. Sesekali ia memainkan telepon genggamnya yang tak memiliki sinyal.

Sambil mengisap sebatang rokok, beberapa tembang manis tahun 70-an ia putar. Selawi mencoba mengusir rasa dingin dari terpaan angin di rimba Kalimantan yang cukup kencang pada malam itu.

Dari atas resort Taman Nasional Betung Kerihun, matanya mengawasi dua perahu yang bakal digunakan untuk ke Tanjung Lokang. Ia khawatir perahu terisi air hujan.

Baca Juga: Ekspedisi Budaya ke Tanjung Lokang, Lewati Riam yang Memacu Adrenalin

Air sungai yang makin tinggi juga membuatnya waswas. Barang-barang termasuk kado sepatu baru buat anak-anak SD 11 Tanjung Lokang yang dikemas terus diawasi. Jangan sampai barang-barang itu basah. Jika cuaca seperti ini, ia rela tidak tidur.

Beberapa kali ia tampak turun mengecek perahu. Matanya terus terjaga hingga dini hari ditemani berbatang-batang rokok. Tugasnya memastikan perahu tetap siap untuk melanjutkan perjalanan.

Hingga pagi hari, ternyata cuaca tetap tak bersahabat. Langit masih gelap dan hujan turun dengan lebatnya. Doa kawan-kawan tampaknya tak terkabul. Harapan perjalanan diiringi cuaca nan cerah ternyata berbanding terbalik. Kondisi alam tak bisa diprediksi. Saat itu, hutan rimba dan arus sungai yang deras betul-betul menunjukkan keperkasaannya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat, Rita Hastarita tampak keluar dari teras resort. Matanya melihat langit yang tanpa matahari dan air hujan yang terus mengguyur. Meski demikian, ia memutuskan perjalanan tetap dilanjutkan sesuai kesepakatan. Pukul tujuh pagi, tim ekspedisi kebudayaan mesti bergerak menuju Tanjung Lokang.

Kata Selawi, perjalanan menuju Tanjung Lokang memakan waktu tiga jam  lagi. Perjalanan semakin berat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Pontianak Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X