Dampak tak turun hujan dalam dua pekan terakhir, warga di Kabupaten Kubu Raya mulai merasakan kesulitan air bersih. Air hujan dalam tempayan dan bak penampungan yang biasanya dipakai untuk kebutuhan minum dan memasak, mulai merosot. Hal tersebut dibeberkan Mely (36), seorang ibu rumah tangga di Desa Arang Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kubu Raya.
"Air hujan dalam tempayan sudah hamper kosong. Kami punya 4 tempayan. Yang tersisa hanya 1 tempayan lagi. Sementara 3 tempayan sudah kosong. Padahal air tersebut, kami pakai untuk kebutuhan mencuci sayur-mayur, memasak termasuk minum," katanya, Jumat(26/7) di rumahnya.
Menurut dia, kalau terus-terusan begini otomatis ketersediaan air hujan bakalan menipis bahkan kosong sama sekali. Dia pun sudah berupaya dengan membeli air galon dari tempat penjualan.
"Memang harga murah, 1 galon hanya Rp 5000. Tetapi juga cepat habis kalau terus dipergunakan untuk kebutuhan dapur," ujarnya. Dia berharap hujan dari langit segera turun. Sebab air tersebut diperlukan untuk kebutuhan keluarganya beraktivitas di rumah. Hujan juga akan mengisi tempayan-tempayan penampung air miliknya yang sudah kering beberapa Waktu belakangan.
Titik Panas Tidak Berkurang
Tanpa air dari langit, ternyata jumlah hotspot (titik panas) di beberapa wilayah di Kalimantan Barat terus mengalami pertambahan. Data terbaru, sebanyak 357 titik panas dengan kategori tingkat kepercayaan rendah, menengah, dan tinggi terus bermunculan di banyak titik. Jumlah ini lebih besar jika dibandingkan hari kemarin yang hanya berjumlah 271 titik panas. Hanya saja sebarannya berada pada 12 kabupaten saja. Ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) akan terus mengancam masyarakat.
Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, Kalimantan Barat mendata sebaran titik panas pada beberapa daerah di Kalbar. Sebaran hotspot tersebut dideteksi dengan memakai sensor VIIRS dan MOODS pada satelit polar (NOAA20, S-NPP, TERRA dan AQUA), dimana dapat memberikan gambaran lokasi wilayah yang mengalami titik panas. Satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dibandingkan dengan daerah sekitar. Observasi juga dilakukan pada siang dan malam hari untuk masing-masing satelit.
Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak merelease data sebaran titik panas dari tanggal 25 Juli dari pukul 00.00 sampai 23.00 WIb.
Terdeteksi bahwa Kabupaten Sanggau masih terpantau sebagai penyumbang titik panas terbanyak untuk hari ini dan hari kemarin, yakni 85 hotspot. Tingkat kepercayaan rendah, menengah dan tinggi. Kabupaten Kubu Raya juga terpantau penyumbang titik panas terbanyak kedua dengan 45 hotspot. Tingkat kepercayaannya dari rendah hingga menengah.
Sementara Kabupaten Sambas mulai terpantau Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, menyumbang titik panas terbanyak berikutnya. Titik panasnya berjumlah 36. Kabupaten Landak dan Sintang terdeteksi sebanyak 35 hotspot. Kabupaten Kapuas Hulu dengan 34 hotspot disusul Kabupaten Bengkayang dengan 31 titik panas.
BMKG Supadio Pontianak juga merelease pengamatan 8 lokasi di Kalbar tanggal 25 Juli 2024 Pukul 07.00 WIB dan 26 Juli pukul 06.00 WIB. Terdapat suhu udara ekstrim. Suhu udara tertinggi yaitu 35.5°Celcius terjadi di Kabupaten Melawi. Suhu udara rata-rata berkisar 28.2 celcius hingga 29.6° Celcius. Sementara suhu udara terendah adalah 23.2° Celcius terjadi di Kapuas Hulu.
Untuk kondisi cuaca dominan cerah berawan. Hari Tanpa Hujan (HTH) termasuk dalam kategori sangat pendek hingga menengah. Juga tidak terdapat jarak pandang ekstrem. Jarak pandang secara umum lebih dari 1.000 meter atau 1 kilometer. (den)
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Pontianak Post