• Senin, 22 Desember 2025

Kasus Diabetes Anak di Pontianak Meningkat, Pola Hidup Jadi Sorotan

Photo Author
- Senin, 21 Juli 2025 | 09:36 WIB
Ilustrasi tes pemeriksaan darah.
Ilustrasi tes pemeriksaan darah.

PONTIANAK - Diabetes pada anak saat ini harus menjadi perhatian serius lantaran jumlahnya terus meningkat. Perubahan gaya hidup, kebiasaan makan yang tidak sehat, serta kurangnya aktivitas fisik menjadi sejumlah faktor yang diduga berkontribusi terhadap meningkatnya kasus penyakit ini di kalangan usia dini.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat adanya lonjakan signifikan kasus diabetes anak di Indonesia. Pada Januari 2023, IDAI merilis data bahwa prevalensi anak penderita diabetes meningkat hingga 70 kali lipat dibandingkan tahun 2010. Sebanyak 1.645 anak tercatat menderita diabetes, dengan prevalensi 2 kasus per 100.000 anak. Dari total tersebut, hampir 60 persen dari jumlah tersebut merupakan anak perempuan. Berdasarkan kelompok usia, 46 persen berada pada rentang usia 10–14 tahun, dan 31 persen berusia di atas 14 tahun.

Baca Juga: Waspada..!! Kanker Testis Mengintai Pria Usia Produktif, Deteksi Dini Jadi Kunci Kesembuhan

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Saptiko, mengakui belum ada pendataan khusus diabetes pada anak di Kota Pontianak. Pendataan dan skrining kasus diabetes dilakukan pada usia produktif. Walau begitu, ia menduga terdapat kasus diabetes pada anak mengingat gaya hidup yang cenderung dekat dengan konsumsi makanan cepat saji dan aktivitas yang minim.

“Kalau di Pontianak kasusnya memang jarang. laporan dari rumah sakit juga jarang. Tapi kalau lihat dari perilaku bisa jadi kasusnya (Diabetes anak) bertambah,” ungkapnya.

Saptiko menjelaskan sebagian besar kasus diabetes pada anak dipicu oleh faktor keturunan, infeksi pada pankreas, serta kebiasaan makan yang berlebihan sejak usia dini. Kebanyakan yang ia lihat terjadi karena faktor keturunan. Ia juga menyebut obesitas sebagai salah satu faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap diabetes pada anak.

Meski jumlah laporan kasus diabetes di Pontianak masih tidak terdata, Saptiko tidak menampik kemungkinan adanya peningkatan jumlah kasus jika perilaku hidup tidak segera dibenahi. Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan Pontianak dikatakannya memberikan edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan dan sosialisasi, khususnya mengenai pola makan sehat dan pentingnya aktivitas fisik anak.

“Kami edukasi dan sosialisasi, salahs atunya tentang menu Isi Piringku,” katanya.

Isi Piringku sendiri merupakan pedoman yang disusun oleh Kementerian Kesehatan mengampanyekan konsumsi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Menurut Saptiko, salah satu tantangan besar adalah kebiasaan orang tua yang membiarkan anak terlalu sering bermain gawai serta mengonsumsi junk food dan makan makanan dalam kemasan.

“Orang tua harus memberikan makan anak dan gizinya seimbang, hindari junk food, produk berkemasan yang memiliki kadar gula tinggi,” tuturnya. Ia pun mengingatkan bahwa gawai idealnya baru diberikan pada anak usia 12 tahun ke atas, dan anak perlu diberi ruang untuk bermain dan berolahraga. Menurutnya, dengan beraktivitas fisik, gula dalam tubuh akan dibakar, dan sensitivitas tubuh terhadap insulin akan meningkat. Jika anak kurang bergerak, tubuh bisa mengalami resistensi insulin, sehingga gula tidak bisa diolah secara optimal.

“Insulin berfungsi mengolah gula, dengan bergerak dan olahraga membuat sel tubuh itu sensitif terhadap insulin,” jelasnya. (*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Pontianak Post

Rekomendasi

Terkini

X