PONTIANAK – Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Barat semakin terlihat. Berdasarkan data yang diakses melalui sistem pemantauan Sipongi milik Kementerian Kehutanan pada Selasa, 23 Juli 2025 pukul 15.00 WIB, terdeteksi 870 hotspot hanya dalam kurun waktu 24 jam terakhir di wilayah Kalimantan Barat.
Kabupaten Mempawah mencatat jumlah hotspot terbanyak dengan total 247 titik panas, menjadikannya sebagai daerah dengan risiko karhutla paling tinggi saat ini. Menyusul di bawahnya adalah Sanggau dengan 136 hotspot, Sambas 95 hotspot, Kubu Raya 83 hotspot, dan Landak sebanyak 62 hotspot. Kabupaten lain yang juga mencatatkan angka signifikan adalah Bengkayang (56 titik), Ketapang (51 titik), Sintang (47 titik), Kapuas Hulu (36 titik), dan Kota Singkawang (20 titik).
Baca Juga: Karhutla Hanguskan 9 Hektare Lahan, Api Dekati Bandara Singkawang
Seluruh titik panas ini terdeteksi melalui pemantauan tiga satelit utama milik NASA, yakni MODIS, NOAA20, dan SNPP. Mayoritas hotspot memiliki tingkat kepercayaan (confidence) sedang hingga tinggi, yang berarti berpotensi besar sebagai titik awal kebakaran.
Tingginya jumlah hotspot tersebut sejalan dengan kondisi cuaca kering yang sedang melanda Kalbar. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kalimantan Barat sebelumnya telah merilis Prospek Iklim Dasarian yang berlaku untuk periode 21–31 Juli 2025.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa curah hujan di wilayah Kalbar secara umum berada pada kategori rendah hingga menengah, dengan estimasi curah hujan antara 20–75 mm per dasarian.
BMKG juga memprediksi bahwa sifat hujan selama dasarian ini cenderung bawah normal hingga normal, kecuali di sebagian wilayah Kabupaten Ketapang yang berpotensi mengalami hujan di atas normal.
Wilayah yang perlu mendapat perhatian khusus terkait potensi berkurangnya ketersediaan air dan peningkatan kemunculan hotspot meliputi: Sambas, Singkawang, Bengkayang, Mempawah, Landak, Pontianak, Kubu Raya, Kapuas Hulu, Kayong Utara, Ketapang, Sanggau, Sekadau, Sintang, dan Melawi. (sti)