Bertani tak mesti di sawah. Di tembok gedung pun bisa. Inilah yang coba dipopulerkan Kolaborasi Pemuda Indonesia (KOPI) Banjarmasin.
-----------------------------------------
NOORHIDAYAT,Banjarmasin
-----------------------------------------
Ketua KOPI Banjarmasin, Firdaus Yusuf menyebutnya bertani kekinian. Konsep bercocok tanam yang mereka gadang-gadang bisa diaplikasikan di kota ini.
"Yang kita tahu, ketika mendengar bertani pasti dalam benak pikiran kita muncul sebuah gambaran desa. Padahal tidak mesti. Bertani juga bisa dilakukan di kota, bahkan di pusat kota dengan mengadopsi konsep kekinian," tuturnya.
Konsepnya sederhana. Proses bercocok tanam menggunakan vertikal garden yang dibuat secara berbaris dan berkelompok memanfaatkan botol plastik bekas.
"Pemandangannya dapat, dan konsep bertani ini pun bisa menjadi usaha bagi para wirausahawan," ucapnya.
Tekniknya sederhana. Tak jauh berbeda dengan bertani di kebun atau sawah. Menggunakan media tanam berupa tanah dan tentu saja diberi pupuk dan sekam. Perbandingannya 3:2:1
"Misalkan sayuran seperti seledri, perlu disemai dimedia tanah selama 10 hari. Lalu dipindah ke media yang telah dipersiapkan," jelasnya.
Urusan perawatan, tergolong mudah. Hampir mirip di swah, tapi tak serepot itu.
"Yang terpenting adalah penyiramannya teratur dan kontrol terhadap serangan hama," sebutnya.
KOPI sendiri saat ini sedang mencoba memanen daun bawang. Tanaman ini dapat dipanen ketika tingginya telah mencapai 15 cm hingga 20 cm lebih diumur 4 sampai 6 pekan.
Ada beberapa jenis tanaman yang sudah ditanam KOPI. Seperti bawang, seledri dan kacang-kacangan.
Biar tahu saja. KOPI adalah organisasi kepemudaan berskala nasional. Di Banjarmasin saat ini sudah punya anggota 75 orang. Sebagian besar berasal dari keluarga petani. Terbentuk pada 7 November 2018 tadi.