Puluhan mahasiswa melawan ratusan polisi. Kesabaran pendemo habis, hingga terlibat aksi dorong. Sang koordinator lapangan pun diseret paksa oleh aparat.
---
BANJARMASIN - Demonstran menuntut DPRD Kalsel mewadahi pertemuan dengan Pemprov Kalsel. Tuntutannya, pemprov bersikap tegas, menolak Omnibus Law Cipta Kerja yang telah diteken presiden.
Penolakan itu harus direkam dalam sebuah video dan disebarluaskan ke publik. Tapi sebelum tuntutan terpenuhi, mahasiswa keburu bentrok dengan polisi.
Pantauan Radar Banjarmasin kemarin (11/5) di Jalan Lambung Mangkurat, aksi dorong itu lantaran mahasiswa kehabisan kesabaran. Karena terlalu lama menunggu kehadiran anggota DPRD.
Diawali perang urat saraf, saling olok di barisan terdepan, demonstran coba menerobos barikade polisi yang melindungi gedung dewan.
Gagal, mahasiswa yang berada di barisan terdepan, yakni koordinator aksi, Iqbal Hambali diseret polisi.
Pemuda gempal itu sempat melawan. Kawan-kawannya juga coba menolong. Tapi jumlah demonstran kalah jauh.
Mahasiswa pun memilih mundur. Mengambil peran Iqbal, Gusti M Toriq menjelaskan, mereka mundur untuk mendinginkan suasana.
"Cooling down dulu. Kami mundur, mengatur lagi dengan kawan-kawan," kata mahasiswa UIN Antasari itu.
Mahasiswa mengklaim, ada pula yang kena tendangan aparat selama aksi. Tapi Wakapolresta Banjarmasin, AKBP Sabana Atmojo membantahnya.
Menurutnya, personel sudah sangat sabar. "Tidak ada personel kami yang ingin melukai, tidak ada. Kami hanya bertahan saja" ujarnya.
Dia mengingatkan mahasiswa, boleh saja menyampaikan aspirasi, tapi jangan sampai mengganggu ketertiban umum. "Ada kata-kata yang tidak senonoh (dari Iqbal)," tambahnya.
Mahasiswa: Ada Oknum Represif