Kisah pedagang Pasar Terapung banyak tidak diketahui orang. Bagaimana perjuangan para pedagang dalam melestarikan tradisi kuliner di Pasar Terapung Siring Banjarmasin? Inilah kisah Nenek Halidah dan cucunya, Asmi, sebagai pedagang yang berjualan di Pasar Terapung Siring Banjarmasin.
Ariyazi, Banjarmasin
Di atas air sungai yang tenang banyak pedagang menjual berbagai buah, wadai, soto, dan lontong. Itulah gambaran yang bisa dilihat ketika berada di Pasar Terapung Siring Banjarmasin.
Asmi, seorang perempuan berusia 31 tahun membantu neneknya berjualan kuliner di Pasar Terapung. Asmi dengan cekatan melayani pembeli yang berdesakan di atas dermaga mengapung di kawasan Siring Kota Banjarmasin.Di atas tempat kayu sederhana, banyak tersusun rapi berbagai hidangan khas Banjarmasin. Hidangan yang dijual adalah soto, mie habang, lontong sayur, dan buras.
Baca Juga: Pasar Terapung, Warisan Budaya yang Masih Tersisa di Kalsel
Asmi adalah penerus keluarga yang mewarisi usaha yang dibangun oleh sang nenek, Halidah. Nenek Halidah berjualan di Pasar Terapung Siring Banjarmasin sejak tahun 2013. “Kalau saya baru ikut berjualan tahun 2022,” kata Asmi. Bisa dibilang ia membantu neneknya berjualan dan meneruskan usaha turun menurun ini.
Halidah, yang kini berusia 71 tahun masih terlihat bugar dan semangat membantu Asmi. Bagi Halidah, berjualan di pasar terapung bukan hanya soal mencari nafkah, tetapi juga melestarikan budaya kuliner Banjarmasin.
"Penjual di Pasar Terapung adalah salah satu hiburan untuk masyarakat Banjarmasin dan orang yang berkunjung ke sini. Mahibur-hibur (menghibur) bagian (warga) kita di Banjarmasin sini," ujarnya.
Pasar Terapung Banjarmasin telah menjadi ikon wisata kota ini. Di atas perahu-perahu kecil, para pedagang menjajakan berbagai macam hasil bumi dan makanan khas. Suasana ramai dan unik ini menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Asmi dan Halidah telah merasakan pasang surut kehidupan di Pasar Terapung. Pada tahun 2019, pandemi Covid -19 menghantam, memaksa mereka untuk berhenti berjualan selama beberapa bulan. "Tahun 2019 itu corona, jadi tutup," kenang Asmi. "Baru lanjut lagi di tahun 2021," tambahnya.
Meskipun sempat terpuruk, semangat mereka untuk melestarikan tradisi tak pernah padam. Pasar Terapung Banjarmasin kembali ramai dikunjungi, dan Asmi bersama sang nenek tetap setia menjajakan hidangan lezat mereka.
Berjualan di atas air memang tak mudah. Pernah suatu hari, Asmi terjebak hujan deras. Payungnya terbang terbawa angin, dan ia harus merapikan dagangannya di bawah hujan deras. "Pernah sekali hujan deras, payung terbang," tuturnya sambil tertawa. "Ya namanya juga di atas air,” sambungnya.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Radar Banjarmasin