Namun, Asmi tak gentar. Baginya, berjualan di Pasar Terapung bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga tentang melestarikan tradisi dan budaya Banjar. "Kalau kita tutup, nanti Pasar Terapung ini mati," ujarnya. "Apalagi nenek sudah tua, kalau bukan saya yang meneruskan, siapa lagi?" ucapnya.
Pada saat bulan Ramadhan mereka tetap ada berjualan untuk memeriahkan wisatawan ini. “Kalau bulan puasa kami bisa tidak jualan, tapi kalau wali kota yang suruh berjualan kami akan tetap berjualan untuk memeriahkan wisatawan ini,” ujar Asmi dan dibenarkan oleh Halidah.
Kisah Asmi dan Halidah adalah contoh nyata dedikasi dan semangat para pedagang Pasar Terapung dalam melestarikan budaya kuliner Banjarmasin. Di atas perahu kecil mereka, tradisi dan cita rasa Banjarmasin terus hidup, menarik perhatian dan memanjakan lidah para pengunjung. (*)