• Senin, 22 Desember 2025

Pernah Ditegur, Tak Jera, Minta Konsultasi Jam Lima Pagi

Photo Author
- Senin, 2 September 2019 | 17:21 WIB

Kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oknum dosen Universitas Palangka Raya, PS, masih menjadi buah bibir, terutama di lingkungan kampusnya, Program Pendidikan Fisika.

====

Perbuatan tak senonoh PS sudah jadi rahasia umum di lingkungan kampus Prodi Fisika. Jabatannya sebagai Ketua Prodi sekaligus dosen, membuatnya memiliki banyak peluang bertemu mahasiswi dan melakukan tindakan asusila.

Modusnya beragam. Terutama saat mahasiswi melakukan bimbingan skripsi. Mahasiswi yang ingin konsultasi juga jadi sasaran nafsu bejatnya.

Seorang mahasiswi Prodi Fisika yang ditemui Radar Sampit, mengaku sudah lama mengetahui perbuatan oknum dosen itu. Bahkan, perbuatannya sudah dilaporkan kepada pimpinan sekitar tahun 2017 silam. Saat itu PS ditegur, namun dia terus mengulangi perbuatannya.

Menurut mahasiswi yang meminta namanya tak disebutkan ini, dosen cabul tersebut kerap meminta mahasiswi yang ingin konsultasi datang pagi-pagi, sekitar pukul 05.00. Kesempatan itu digunakan PS untuk berbuat asusila terhadap mahasiswi tersebut. tindakan itu bisa berupa meraba organ intim mahasiswi atau diminta memegang organ intimnya.

”Saya sudah sering sering mendengar isu bahwa yang bersangkutan sering menyuruh mahasiswi yang ingin konsultasi datang pagi-pagi,” katanya. Kabar yang tersebar itu, membuatnya takut apabila ingin berkonsultasi dengan dosen yang bersangkutan.

Dia menuturkan, PS merupakan dosen bergelar doktor. Lulusan Universitas Merdeka Malang tahun 2012 silam. Pria itu mengajar mata kuliah fisika dasar I, gelombang, dan telaah kurikulum fisika.

Kepala Program Studi Fisika UPR Theo Jhoni yang ditunjuk sebagai pengganti PS mengatakan, dugaan pelecehan itu merupakan perbuatan yang kurang pantas. Namun, dia tidak ingin berkomentar dan menanggapi kasus yang menimpa rekannya sesama dosen itu, karena sudah diserahkan sepenuhnya kepada pimpinan universitas.

Psikolog Gerry Olpina mengatakan, perilaku seseorang yang sering melakukan tindakan yang tidak sewajarnya bisa didorong faktor emosional dan keinginan sendiri. Tingginya tingkat pendidikan bukan jaminan seseorang tidak melakukan kriminal.

 

Mengutuk Keras

Sementara itu, reaksi keras disampaikan komunitas solidaritas perempuan terkait aksi bejat PS. Selain hukuman seberat-beratnya, mereka juga meminta pelaku dipecat secara tidak hormat.

”Perempun sangat mengutuk keras perbuatan tersangka yang sudah menyakiti seluruh perempuan sedunia. Kami minta kepolisian mendalami korban-korban lain dan pihak terkait segera memecat terduga. Jangan sampai dibiarkan mengajar kembali,” kata Ketua Badan Eksekutif Komunitas Solidaritas Perempuan Kalteng Margaretaha Winda Febiana Karotina, Minggu (1/9).

Winda menegaskan, tidak ada alasan bagi semua pihak untuk tidak mengutuk perbuatan tersebut. Terlebih terduga merupakan seorang dosen dan peristiwa itu sudah lebih dari satu tahun serta menimpa beberapa mahasiswi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: sampitadm-Radar Sampit

Tags

Rekomendasi

Terkini

X