SAMPIT – Wafatnya Febby Yudha Herlambang menyisakan duka mendalam bagi semua orang yang mengenalnya. Sosok dokter yang dikenal sebagai pekerja keras dan tangguh itu tumbang setelah terinfeksi Covid-19. Semasa sakitnya, almarhum ternyata sempat memberi pertanda dia akan pergi untuk selamanya.
Sinyal itu dia beri pada rekan sejawatnya, Benyamin Kumila. ”Sehari sebelum berangkat ke Jakarta (untuk tugas dinas) pada Rabu (11/11), kami sempat bertemu dan berbincang. Saya menyarankan beliau melanjutkan sekolah agar kariernya semakin cemerlang. Ketika itu saya masih ingat kalimat terakhirnya. Tugas saya sudah selesai, Pak Ben,” ucap Ben menirukan kata-kata almarhum, Kamis (26/11).
Wakil Direktur Bidang Keuangan RSUD dr Murjani Sampit itu mengaku baru menyadari arti kata-kata itu saat dia mendengar kabar buruk tentang kondisi Yudha, Rabu (25/11) malam. Benyamin yang saat itu masih melayani pasien di tempat praktiknya, langsung menghentikan aktivitasnya. Dia langsung menutup pelayanan, saking sedihnya.
”Sampai saat ini kami masih tidak menyangka, sahabat kami (Yudha, Red) pergi meninggalkan kami begitu cepat,” ucap Benyamin sambil terisak.
Sekarang, Yudha hanya hidup dalam ingatannya. Semasa Yudha bertugas menjabat Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit sejak 1 Mei 2020 lalu, dia mengaku merasa senang dan sangat terbantu menangani persoalan rumah sakit dengan penuh tanggung jawab.
”Beliau gesit dalam menjalankan tugas. Sangat membantu serta meringankan pekerjaan saya. Ketika saya sedang ada kesibukan lain, beliau yang menangani tugas saya. Saya ini sudah seperti kakak baginya,” kenang Benyamin.
Lebih lanjut Benyamin mengatakan, Yudha sudah merasa tak enak badan sejak menjalankan tugas dinasnya di Jakarta pada Rabu (11/11) malam lalu. Almarhum menelpon rekannya sesama dokter, Efraim Kendek Biring dan Ikhwan Setiabudi, mengeluhkan kondisi badannya yang tidak fit.
Selama di Jakarta, dia melakukan pengobatan untuk meringankan sakitnya. Setelah pekerjaan selesai, Jumat (13/11), almarhum kembali ke Sampit melewati Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya. ”Lewat Palangka karena ada acara lagi. Tapi, beliau telepon saya dan meminta saya hadir, karena almarhum saat itu sedang meriang,” ucapnya.
Almarhum lalu pulang ke Sampit dan pada Senin (16/11) pagi. Kemudian meminta dilakukan tes usap di kediamannya, Jalan Tjilik Riwut Km 2,2 Sampit. Hasilnya, sang dokter dinyatakan positif Covid-19. Malamnya, almarhum dirujuk ke ruang ICU Isolasi Seroja RSUD dr Murjani Sampit.
Selama dirawat, manajemen rumah sakit berupaya melakukan penanganan medis secara maksimal untuk kesembuhan almarhum. Segala jenis pengobatan yang terbilang langka didatangkan dari rumah sakit ternama di Jakarta dan Banjarmasin agar almarhum bisa sehat lagi.
”Tenaga kesehatan sudah berusaha melakukan yang terbaik dan kami terus berkoordinasi dengan keluarga dan berkonsultasi dengan teman-teman dokter secara intens,” katanya.
Selama perawatan di rumah sakit, kondisinya terlihat membaik. Yudha bahkan masih mengingatkan jajarannya berkaitan dengan pekerjaan. Itu dilakukannya dalam kondisi napas yang sudah terengah-engah.
Pada Sabtu (21/11), kondisinya mulai kritis dan disarankan dirujuk ke Jakarta. ”Kami sudah menyarankan segera dirujuk. Tetapi, beliau masih belum mau. Setelah istrinya membujuk, akhirnya mau. Minggu pagi saya dikabarkan Dokter Efraim melalui WhatsApp. Bapak sudah setuju,” ucap Benyamin.
Sejak itu, manajemen rumah sakit berupaya membantu mempersiapkan sarana dan prasarana transportasi untuk memberangkatkan almarhum. ”Kami bantu dan akhirnya diberangkatkan pada Senin (23/11) malam,” ujarnya.