Lantaran keributan belasan warga yang terdiri dari tokoh adat, anggota BPD, dan warga biasa bersama aparat itu, belum berhenti, Rohyadi pun memutuskan untuk pergi mencari aman.
Malam pun datang, Rohyadi mendapat informasi bahwa banyak warga sekitar 18 hingga 19 orang mengalami kekerasan dan mesti dibawa ke rumah sakit lantaran luka.
“Banyak yang enggak ke rumah sakit karena terkendala biaya karena tidak ditanggung BPJS. Kalau difasilitasi, saya yakin lebih banyak yang dirawat,” katanya.
Tak terima atas tindakan kekerasan ini, sebagian warga melapor ke Kepolisian Resor (Polres) Kutai Kartanegara. Dengan harapan mendapatkan keadilan atas kejadian yang menimpa mereka ini.
Baca Juga: Dua Siswi di Sambas Berkelahi, Damai Setelah Dimediasi Polisi
Empat hari pasca kejadian pemukulan, dan dua hari pasca laporan warga, Komandan Pasukan Brimob II, Brigjen Pol Arif Budiman pastikan insiden ini menjadi perhatian serius jajarannya. Ia menegaskan bahwa benar terjadinya insiden pemukulan ini, yang terjadi akibat persoalan sepele di sekitar lingkungan markas.
“Selama ini warga yang melintas di depan markas sering memacu kendaraan terlalu cepat. Karena belum ada rambu atau polisi tidur, anggota berinisiatif memasang balok kayu agar kendaraan melambat,” jelas Brigjen Arif, Minggu (20/7/2025) kepada awak media.
Mulai Kamis (17/7/2025), pada Jumat (18/7/2025), insiden memuncak. Belasan warga datang beramai-ramai ke markas tanpa pemberitahuan resmi. Warga melewati pos penjagaan secara tiba-tiba saat para anggota tengah berolahraga di sore hari.
Baca Juga: Jika Melampaui 5 Juta Penumpang Per Tahun, Bandara Syamsudin Noor Baru Bisa Perpanjang Runway
“Warga tiba-tiba datang dan langsung masuk ke lingkungan markas. Ini mengejutkan dan memicu respons spontan dari anggota,” ucap Brigjen Arif.
Pun ia mengaku bahwa situasi ikut memanas sebelumnya, setelah beredarnya rekaman pesan suara di media sosial yang berisi ajakan mendatangi markas Brimob. Hal ini disayangkan Brigjen Arif, lantaran berisikan pesan yang sangat provokatif.
“Pesannya berisi ‘ayo rame-rame ke SPN Brimob’. Tapi justru yang menyebarkan pesan itu tidak datang. Yang datang malah warga lain dalam keadaan emosi,” tuturnya. (moe)