Batik eco print dari Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, kini menjadi salah satu warisan budaya yang semakin digemari, baik oleh warga lokal maupun wisatawan.
Dikenal sebagai batik yang ramah lingkungan dan kaya akan nilai artistik, batik eco print Berau memiliki sejumlah ciri khas yang membedakannya dari batik pada umumnya. Seperti yang diketahui, batik eco print merupakan teknik membatik yang menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, dan batang tanaman untuk menciptakan motif pada kain.
Proses ini tidak memerlukan canting atau malam seperti batik tradisional, melainkan memanfaatkan bentuk, warna, dan pigmen dari tumbuhan secara langsung. Lantas, seperti apa ciri khas batik eco print khas Berau yang dihimpun Berau Post? Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Menggunakan Daun dan Bunga Asli dari Alam Berau
Pemilik Rumah Batik Berau, Roly Elvanali menyampaikan bahwa salah satu ciri utama batik eco print adalah penggunaan bahan alami dan tersedia di Berau, proses ini dilakukan dengan memanfaatkan dedaunan dan bunga lokal yang melimpah.
Ia menyebutkan, beberapa jenis tumbuhan yang sering digunakan antara lain seperti, daun jati, daun jarak, daun ketapang, bunga flamboyan, daun suji, daun mangga, hingga daun waru. "Tumbuhan tersebut tidak hanya memberikan bentuk motif alami, tetapi juga warna alami yang cantik dan khas. Warna yang dihasilkan mbak, biasanya bernuansa bumi, seperti cokelat, hijau, merah bata, hingga kuning kunyit," kata Roly saat ditemui Berau post, di Rumah Batik Berau, Tanjung Redeb, Rabu (16/7).
2. Motif Unik Hasil Cetakan Alam
Berbeda dengan batik tulis atau cap yang menggunakan canting atau alat cetak, batik eco print menciptakan motif langsung dari bentuk dan urat daun atau bunga yang ditempel pada kain.
Roly mengatakan bahwa teknik tersebut membuat setiap lembar kain menjadi satu-satunya, tidak bisa disalin ulang secara persis. Hal ini menjadikan batik eco print Berau memiliki nilai eksklusif yang tinggi.
3. Warna Alami dari Pewarna Nabati
Batik eco print khas Berau tidak menggunakan pewarna sintetis. Roly mengatakan, pewarna berasal dari bahan-bahan alami. Seperti kayu secang yang memiliki warna merah muda, daun indigo memiliki warna biru alami, kulit manggis yang menghasil warna ungu, dan kunyit yang mengeluarkan warna kuning.
"Kemudian, kami juga biasanya menggunakan daun jati karena menghasilkan warna cokelat kemerahan. Penggunaan pewarna alami ini menjadikan batik eco print tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga aman bagi kulit dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Sehingga tidak mencemari lingkungan," jelasnya.
4. Dibuat Melalui Proses yang Panjang dan Teliti