• Senin, 22 Desember 2025

Ekspedisi Budaya ke Tanjung Lokang, Lewati Riam yang Memacu Adrenalin

Photo Author
- Rabu, 13 Maret 2024 | 12:27 WIB
RIAM EKSTREM: Motoris juru batu bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbat Rita Hastarita  melewati riam ekstrem menuju Desa Tanjung Lokang. (MIRZA/PONTIANAK POST)
RIAM EKSTREM: Motoris juru batu bersama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbat Rita Hastarita  melewati riam ekstrem menuju Desa Tanjung Lokang. (MIRZA/PONTIANAK POST)

 

Tim Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat melakukan ekspedisi budaya menuju ujung Kapuas Hulu, Desa Tanjung Lokang, Kecamatan Putusibau Selatan. Menyusuri alur sungai dengan riam-riam menantang, perjalanan menuju ke sana memacu adrenalin. Bagaimana perjalanan menuju Desa Dayak Punan itu?

MIRZA AHMAD MUIN, Tanjung Lokang

AIR sungai di tepian Desa Nanga Erak, lokasi keberangkatan menuju Desa Tanjung Lokang, Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu, Selasa pukul 12.30 siang tampak sedikit pasang.

Tim Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang diketuai langsung Kepala Dinasnya, Rita Hastarita telah tiba di lokasi itu lima menit lalu. Merekapun langsung bergegas menyiapkan barang-barang perbekalan yang akan dibawa. Salah satunya paketan sepatu yang bakal diberikan pada murid-murid di Sekolah Dasar 11 Tanjung Lokang. 

Sebetulnya ke-18 belas orang tim ekspedisi budaya ini sudah harus berangkat pada pukul sembilan pagi, namun karena sesuatu hal, akhirnya keberangkatan ke Desa yang tak jauh dari perbatasan Kalimantan Timur itu sedikit molor.

Salah satu motoris mengatakan untuk sampai ke Tanjung Lokang akan menempuh perjalanan delapan jam menapaki jalur sungai. Kalau berangkat siang seperti ini, dia memperkirakan perjalanannya tak bisa dipaksa ke Tanjung Lokang. Jika dipaksa akan berbahaya di perjalanan. Apalagi di malam hari, riam tak nampak. Jika nasib tak baik, bisa-bisa bermalam di rimba.

Baca Juga: Meniti Bebatuan, Mendaki Bukit Hingga Menarik Perahu di Riam Bakang

Alhasil, ia menganjurkan untuk menginap di Resort Nanga Bungan milik Taman Nasional Betung Kerihun di Desa Bungan Jaya. Jarak tempuh ke sana lima jam perjalanan. Barulah besok paginya perjalanan dilanjutkan ke Tanjung Lokang.

Dalam perjalanan ke sana turut dipandu perwakilan dari Taman Nasional Betung Kerihun. Mereka meminta para penumpang mengenakan live jacket sebagai pengaman keselamatan. Sebab di beberapa titik nanti, perahu akan melewati riam-riam yang gelombangnya cukup besar.

Di perjalanan ke Tanjung Lokang ini akan menggunakan dua perahu berkekuatan dua mesin gandeng, masing-masing bertenaga 40 PK dan 15 PK. Perahu ini mampu mengangkut maksimal lima ton muatan.

Setelah barang-barang tersusun rapi di atas perahu, ke 18 orang tim ekspedisi kebudayaan itu pun dibagi ke dua perahu. Sebelum menaiki perahu mereka briefing sebentar, dilanjutkan berdoa meminta keselamatan selama di perjalanan. Barulah pukul satu siang perjalanan menuju Desa Tanjung Lokang dimulai.

Alur Sungai di Hulu Kapuas betul-betul menakjubkan. Pemandangan dari tengah perahu menyajikan rimba tua Kalimantan dengan pepohonan besar disertai pemandangan bukit-bukit di sekelilingnya. Tampak seekor elang berterbangan memantau perjalanan kami.

Satu jam perjalanan, dari tepian sungai tampak kampung dengan berbagai aktivitas masyarakat Dayak. Ada yang mendulang emas menggunakan alat tradisional. Adapula tiga perempuan yang mengendarai perahu kecil melintasi riam-riam. Beberapa bagian sungai terlihat tampak dangkal.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Pontianak Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X