Erwin hanya bisa pasrah ketika anaknya tidak mendapat sekolah. Awalnya Erwin mendaftar di SDN 09 Parit Mayor, Pontianak Timur. Di sana dibantu mendaftar secara daring. Selain sekolah tersebut, ada pilihan kedua yakni sekolah negeri di kawasan Perum 4.
Namun, pada hari terakhir pendaftaran, nama anaknya sudah terelemininasi. “Karena sistem zonasi, jadi jarak rumah saya kilometernya lebih jauh dari anak yang diterima di dua sekolah tersebut. Saat pendaftaran, kami hanya memiliki dua pilihan sekolah,” ungkap Erwin.
Baca Juga: Rekrutmen Calon Asisten Ombudsman, Kalbar Butuh Enam Calon
Darwin mengungkapkan sudah berkeliling mencari sekolah dasar negeri di kawasan Pontianak Timur. Namun, ternyata semua sudah penuh. “Kalau harus harus menyekolahkan anak ke sekolah negeri di luar Pontianak Timur, agak berat. Karena kendala antar jemput,” ujar Erwin yang bekerja di perusahaan swasta di Kubu Raya ini.
Begitu pula jika harus menyekolahkan anaknya ke SD swasta, Erwin juga merasa berat karena faktor biaya. Akhirnya Erwin memilih tak menyekolahkan anaknya tahun ini.“Mau diapakan lagi. Anak saya tak sekolah tahun ini. Kalau tahun depan masih begini lagi sistem penerimaannya, bingung juga saya,” kata Erwin.
Tak hanya Erwin, Maulana juga hingga Senin (8/7)juga belum mendapatkan sekolah negeri untuk anaknya, Hanifah.Menurut Maulana yang tinggal di Jalan H Kadir ini, awalnya dia memantau penerimaan di SDN 09 yang disebut zonasi sekolah di Parit Mayor.
Dia juga memantau di SD kawasan Perum 4 Pontianak. Pada hari pertama hingga hari terakhir pendaftaran, tidak ada satu pun anak-anak di sekitar kompleknya yang diterima. "Akhirnya saya memutuskan pada hari terakhir pendaftaran, coba ke Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Karena kalau ke sekolah negeri pun sia-sia juga. Tapi ternyata di MIN juga tidak lolos. Akhirnya bingung, sekarang anak saya mau sekolah di mana?” kata Maulana.
Maulana menuturkan dia sedang berembuk apakah anaknya tidak disekolahkan tahun ini, atau mencari sekolah swasta. Beberapa sekolah swasta yang diinginkannya sudah tutup pendaftaran. “Susah sekali mencari sekolah tahun ini,” ujar Maulana. Warga lainnya, Afri mengungkapkan banyak tetangganya di Parit Mayor juga mengeluh tidak mendapatkan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Ada belasan orang jumlahnya.
“Mereka ke SMP dan SMA terpadu tidak lolos. Jarak rumah kami ke sekolah rata-rata 1,8 kilometer,” ungkap Afri.Afri mengaku bingung dengan pengukuran jarak sistem zonasi yang digunakan.
“Apakah tarik lurus, atau diukur dari dalam komplek keluar ke jalan raya. Sebab alternatif jalan menurut SMA dan SMP terpadu itu kan banyak. Bisa dari mana saja yang penting sampai ke sekolah,” tutur Afri.Akhirnya, lanjut Afri, kemungkinan besar siswa-siswa yang tidak mendapatkan sekolah negeri di Pontianak Timur ada yang memilih tidak sekolah tahun ini.
“Mau ke sekolah swasta juga berat. Tidak ada biaya. Mau sekolah jauh, tidak ada kendaraan. Sebab biasanya anak-anak ini jalan kaki atau naik sepeda,” jelas Afri.
Warga lainnya, Wahyudhi mengungkapkan informasi yang diperolehnya sudah ada pertemuan dengan pihak SDN 09 Pontianak. “Sudah ada forum warga ke sana. Informasinya, pihak sekolah bersedia menambah murid. Namun, kekurangan guru,” ungkap Wahyudhi. Wahyudhi juga mempertanyakan peran anggota DPRD dapil Pontianak Timur.
“Mengapa bertahun-tahun, penduduk bertambah, sekolah tak bertambah. Di kecamatan lain, sekolah nambah terus,” katanya.
Berdasarkan data yang dihimpun Pontianak Post dari sistem PPDB online salah satu orang tua siswa, total anak yang mendaftar dari Parit Mayor untuk zona A sebanyak 147 orang.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Pontianak Post