Terpisah, lewat klarifikasinya, oknum sopir ambulans tersebut, Suardi alias SW mengakui kesalahan yang diperbuatnya. Ia juga menyatakan siap disanksi atas kejadian yang secara tak langsung telah mencederai nama baik RSUD Ade M Djoen tersebut.
Ia mengatakan, sebelum kejadian, dirinya sudah memberi tahu kepada pihak keluarga duka bahwa tarif penggunaan ambulans untuk membawa jenazah berbeda dengan ambulans pada umumnya (sesuai Perbup).
Perbedaan yang dimaksud adalah terkait penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan untuk ambulans sesuai Perbup (Peraturan Bupati) adalah BBM jenis solar.
Sementara, untuk ambulans yang hendak digunakan untuk membawa jenazah keluarga saat kejadian menggunakan BBM jenis Dexlite. Kondisi tersebut menimbulkan selisih harga.
"Jadi pihak keluarga mengatakan bahwa jasa ambulans sudah dibayar ke Rumah Sakit sebesar 600 ribu rupiah. Angka itu kalau mengacu pada anggaran Perbup, dengan rincian 9.500 rupiah per liter (solar). Sementara ambulans yang saya pakai penggunaan BBMnya itu jenis Dexlite, dengan harga 14.900 rupiah per liter," paparnya dalam video klarifikasi.
“Ada perbedaan 5.400 rupiah per liter, dan itu yang saya minta ganti ke pihak keluarga duka. Akibatnya terjadilah perselisihan sampai penurunan jenazah tersebut,” tambahnya.
Terkait aksi penurunan jenazah, Suardi mengaku itu dilakukan bukan dengan maksud untuk menelantarkan jenazah, namun untuk dipindahkan ke ambulans yang sesuai dengan standar perbup.
“Bagaimanapun saya mengakui kesalahan yang telah saya perbuat atas kejadian ini. Jadi, pihak Rumah Sakit (RSUD Ade M Djoen) tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian ini,” ucapnya.
“Ini saya tekankan, saya yang akan bertanggung jawab penuh atas kejadian ini dan siap menerima sanksi sesuai mekanisme yang berlaku,” tutupnya. (var)