• Senin, 22 Desember 2025

Lobi-Lobi di Atas Panggung

Photo Author
- Rabu, 17 November 2021 | 15:23 WIB
FOTO BERSAMA: Penulis dan Kepala Dispersip Nurliani Dardie berpose di sela-sela acara.
FOTO BERSAMA: Penulis dan Kepala Dispersip Nurliani Dardie berpose di sela-sela acara.

Tiba di halaman parkir perpustakaan pukul 8.30. Oalah. Ternyata acara molor. Hujan gerimis sepertinya membuat yang lain juga telat. Jam sembilan lewat baru mulai. Mestinya saya sudah bisa menduga ini dari awal. Budaya molor susah sembuhnya di negeri ini.

Di bangku depan aula berjejer tamu penting. Ada Tatat Kurniawati. Dari Perpustakaan RI. Kemudian para kepala perpustakaan beberapa kabupaten.

Kopi di kantin tidak mampu mengusir kantuk. Suara moderator mulai berbau horor. Saya berasumsi ini sambutan-sambutan akan panjang dan formal. Saya sabar-sabarkan hati, amplop akomodasi belum diberi.

Bunda Nunung naik podium. Perhatian saya terusik. Dia pakai rok panjang, kontras dengan sepatu olahraga berwarna putih. Pengalaman saya, orang yang taktis begitu biasanya tidak suka birokrasi berbelit.

Dugaan itu tidak meleset. Belum apa-apa Bunda Nunung bilang. Hari itu ada dua acara. Jadi semua pembicara ia minta jangan lebay. Harus singkat, padat dan berkualitas.

Saya terkejut. Sekaligus senang. Ini baru sambutan pikir saya.

Dan kalimat-kalimat selanjutnya sukses bikin ngantuk hilang. Nunung hanya memegang teks. Tidak dia baca. Malah berkisah.

Apa yang dinyanyikannya? Keberhasilan-keberhasilan Dispersip Kalsel. Menjadi yang pertama sosialisasi aturan ini dan itu. Dia lalu memperlihatkan foto-foto. Sosialiasi awal di hotel sederhana. Lama-lama bergeser ke hotel bintang.

"Saya yakinkan Paman Birin (Gubernur Kalsel Sahbirin Noor). Ini acara penting. Mengundang penulis, sastrawan dan budayawan," ujarnya.

Nunung menilai, para penulis mesti mendapat jamuan yang patut. Menurutnya, penulis selama ini telah berjuang dalam sepi untuk mencerdaskan bangsa. Sesekali tidur di hotel mewah katanya, justru masih jauh dari penghargaan yang pantas.

"Tapi yang sesi ini, kami sengaja sosialisasi di aula perpustakaan. Supaya semua daerah bisa lihat. Aula kami layak seperti hotel bintang," ujarnya promosi.

Bunda Nunung kembali melihat teks. Ia baca beberapa kalimat. Suaranya berubah datar. Seperti membaca untuk diri sendiri."Oh iya, mumpung ingat," ujarnya tetiba beralih dari teks sambutan ke lobi-lobi yang sepertinya sudah dia rencanakan dengan matang.

Nunung berbicara langsung dari podium ke Tatat. Bahwa pejuang literasi Kalsel selama bertahun telah berjibaku ke desa-desa. "Mohon Bu Tatat disampaikan ke pusat ya. Kalau bisa kami dapat double cabin. Benar Bu ya? Tolong disampaikan. Medan kami di pelosok berat," rayunya.

Mobil perpustakaan di Kalsel mesti yang double gardan. Supaya bisa masuk ke pegunungan Meratus. Juga pelosok lainnya.

Lalu dia juga meminta tambahan menu-menu program di Dana Alokasi Khusus. Ia menjamin ke Tatat, anggaran itu tidak akan sia-sia. Waktu di belakang sebutnya telah membuktikan. Tahun 2020 Kalsel mendapat predikat indeks pembangunan literasi terbaik se Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X