“Kami sangat menyayangkan tindakan ini, karena mereka berpikir ada Pelindo di rumah saya padahal itu tidak benar. Dan Pelindo beroperasi itu berdasarkan keputusan Kemenhub dan KSOP. Bukan atas permintaan kami di desa,” tegas Arifadin.
Kapal pandu ini belum resmi beroperasi di perairan Muara Muntai, lantaran belum launching.
Rencananya launching dilaksanakan dalam pekan ini.
Dengan kejadian premanisme ini, Arifadin menyebut adanya kepentingan tertentu.
Para oknum yang bukan warga Desa Muara Muntai ilir ini terancam kehilangan mata pencaharian mereka, yakni sebagai pemandu kapal lokal yang tidak resmi.
Motif ini yang mendorong mereka melakukan penyusuran premanisme berencana di Muara Muntai ilir.
“Ini pengrusakan yang terencana, dari jauh mereka sudah datang bawa alat. Delapan orang itu tidak ada yang asli warga desa,” sebut Arifadin.
Tidak ingin diam, Arifadin melapor ke Polres Kukar untuk mendapat keadilan.
Insiden penyerangan ini membawa banyak kerugian dan ketakutan bagi warganya.
Dan ia mendorong agar proses hukum berjalan adil dan sesuai ketentuan dengan membawa pengacara.
“Kami minta agar semuanya diproses sesuai hukum. Jangan sampai karena ada sosok di belakangnya pelaku bisa lolos atau pasalnya dikaburkan,” tuturnya. (moe)