• Senin, 22 Desember 2025

Ternyata Kabupaten Berau Masih Berstatus Kejadian Luar Biasa Difteri, Diskes Gencarkan Ini  

Photo Author
- Senin, 9 Juni 2025 | 14:05 WIB
Lamlay Sarie (IZZA/BERAU POST)
Lamlay Sarie (IZZA/BERAU POST)

PROKAL.CO, TANJUNG REDEB – Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), hingga saat ini masih berstatus kejadian luar biasa (KLB) untuk penyakit difteri.

Status ini telah ditetapkan sejak tahun lalu dan belum dicabut, meskipun kasus baru tidak lagi ditemukan dalam beberapa bulan terakhir oleh Dinas Kesehatan (Diskes) Berau. 

Baca Juga: Di Kabupaten Paser Saat Ini Ada 1.500 Janda, Pemkab Ada Progam Ini

Kepala Diskes Berau, Lamlay Sarie, mengatakan pihaknya terus melakukan berbagai upaya pencegahan terhadap penyakit ini, salah satunya dengan imunisasi massal. 

Dijelaskan, penetapan status KLB bukanlah hal yang perlu ditakuti oleh masyarakat, melainkan harus dimaknai sebagai bentuk kewaspadaan dini.

“Status KLB itu seperti lampu kuning, sebuah peringatan. Yang harus dikhawatirkan itu justru kalau Dinas Kesehatan sebagai pihak yang bertanggung jawab tidak segera mengambil tindakan,” ujarnya.

Lamlay menegaskan, difteri masih menjadi ancaman, terutama bagi kelompok masyarakat yang belum mendapatkan imunisasi lengkap sejak kecil.

Baca Juga: Ini Hasil Penelitian Asal-Usul Nama Daerah di Kabupaten PPU, Mulai dari Penajam hingga Babulu

Berdasarkan temuan di lapangan, kasus-kasus yang muncul berasal dari pendatang yang memiliki riwayat tidak mendapatkan vaksin difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) saat kecil.

“Difteri itu menyerang orang dari luar daerah yang baru datang ke Berau. Biasanya mereka tidak divaksin saat masih kecil,” jelasnya.

Diakuinya, ada juga kelompok masyarakat yang secara sadar menolak memberikan vaksin kepada anak-anak mereka.

Penolakan ini menurutnya masih menjadi tantangan tersendiri bagi petugas kesehatan di lapangan, khususnya saat pelaksanaan imunisasi massal.

Baca Juga: Waspada, dalam Lima Bulan Ini di Kabupaten Paser Sudah Ada 145 Kasus DBD, Satu Meninggal

“Kalau memang tidak mau vaksin, seharusnya ada pilihan lain yang dilakukan. Misalnya menjalankan pola hidup sehat, menjaga lingkungan dan pergaulan yang bersih. Tapi kalau tidak divaksin dan juga tidak hidup sehat, itu yang berbahaya,” tegasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faroq Zamzami

Tags

Rekomendasi

Terkini

X