PROKAL.CO, MARTAPURA - Hari Santri diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Pada edisi kali ini, Redaksi menampilkan sosok Fatimah binti Syekh Abdul Wahab Bugis. Seorang yang berjasa mendidik para santri perempuan di Banua.
Nama Fatimah binti Syekh Abdul Wahab Bugis memang tidak sepopuler nama ulama lain di Tanah Banjar. Bahkan terdengar asing bagi kalangan generasi Z hingga milenial.
Padahal, cucu dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kelampayan ini merupakan sosok ulama perempuan yang berjasa besar dalam syiar Islam di Nusantara.
Dalam hikayat sejarah ulama Banjar, nama Fatimah binti Syekh Abdul Wahab Bugis tercatat sebagai penulis kitab Parukunan Jamaluddin atau yang Parukunan Melayu.
Sayangnya, peran ulama perempuan ini justru terlupakan karena belakangan kitab tersebut diatasnamakan ulama laki-laki Mufti Jamaluddin.
Hanya ada beberapa sumber yang bisa jadi rujukan terkait hal ini. Paling lengkap adalah buku ‘Ulama Perempuan, Ideologi Patriarki dan Penulisan Kitab Kuning’ karya Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari, Saifuddin.
Dalam buku tersebut, Saifuddin menyebut sosok Fatimah Al-Banjari sebagai Mutiara Khatulistiwa yang Terlupakan.
Sebutan itu dinilai relevan untuk menggambarkan sosok Fatimah yang tenggelam akibat ideologi patriarki di masa hidupnya.
Perilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat.
Dalam bukunya, Saifuddin menuliskan bahwa ulama perempuan belum mendapat tempat yang sewajarnya dalam tradisi intelektual Islam.
Padahal terdapat cukup banyak ulama perempuan yang mempunyai peran penting dalam kancah keilmuan Islam, mulai hadis, fikih, hingga tasawuf.
Namun sayangnya, dari sekian banyak ulama perempuan itu tidak seorangpun yang tercatat sebagai penulis kitab.
Karena itulah, ia melihat kehadiran Fathimah binti Abdul Wahab Bugis yang dikenal sebagai penulis kitab Parukunan Melayu, sebagai fenomena yang unik dan menarik.
Sudah terlupakan lantaran kitab tersebut diatasnamakan kepada sang paman di era kolonial Belanda.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Radar Banjarmasin