Dan kini si lelaki mulai rajin mencium serta mengelus-elus tubuhnya.
“Kau kekasihku,” kata si lelaki.
Dan si perempuan tidak bisa menolak.
Semakin lama, kondisi semakin memburuk. Amerika, Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis, dan negara-negara yang memiliki persenjataan nuklir sudah bersiap meluncurkan nuklirnya masing-masing dalam keributan yang disebabkan menghilangnya bulan. Mereka saling menuduh dan tentu saja tak ada yang mau disalahkan.
Sementara si lelaki semakin agresif. Ia bukan hanya mengelus dan mencium, namun juga sudah berani membuka baju yang dikenakan si perempuan.
“Hanya tinggal menunggu waktu,” pikir si perempuan, “ia akan mengajakku bercinta. Dan aku tahu aku tak mampu menolaknya.”
Dan waktu yang ditakutkan si perempuan akhirnya tiba juga.
Si lelaki berkunjung ke rumah si perempuan pada waktu itu. Lantas tangannya meraba-raba si perempuan. Napasnya memburu. Dan si lelaki membuka baju si perempuan dengan kasar.
“Aku tak tahan lagi,” dengus si lelaki.
Dan pada waktu itulah, si perempuan menepis tangan si lelaki. Untuk pertama kalinya ia melakukan itu.
Dan si perempuan menghambur ke lemari, mengeluarkan bola bulan yang bercahaya, lantas berlari keluar rumah.
Di halaman, ia berteriak-teriak sambil mengangkat tangan yang memegang bulan ke udara.
“Bulan ada bersamaku!”
Foto si perempuan memegang bulan yang teracung ke atas segera beredar di media sosial. Para tetangga si perempuan tentu saja adalah orang-orang pertama yang bertanggung jawab untuk itu.
Para polisi datang tak lama kemudian.